Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Pages

Sabtu, 30 Juni 2012

Hadits Hasan

Pengertian Hadits Hasan
Hasan menurut bahasa berarti :
ما تشتهيه النفس و تميل اليه
Artinya : sesuatu yang disenangi dan dicondongi oleh nafsu, ada yang mengatakan hasan adalah sifat musyabbah yang berarti al-Jamal, yaitu indah dan bagus Sedangkan Hasan menurut istilah, para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikannya. Perbedaan pendapat ini disebabkan karena ada sebagian yang menggolongkan hadis hasan sebagai hadis yang menduduki posisi di antara hadis shohih dan hadis dho’if , tetapi ada juga yang memasukkannya sebagai bagian dari hadis dho’if yang dapat dijadikan hujjah. Namun yang lebih kuat sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibnu Hajar al-Asqalani dalam an-Nukhbah, yaitu khabar ahad yang diriwayatkan oleh orang yang adil, sempurna kedhabithannya, bersambung sanadnya, tidak ber’illat, dan tidak ada syadz dinamakan shohih lidzatih, jika kurang sedikit kedhabithannya disebut hasan lidzatih. Menurut Khatabi Hadits Hasan adalah hadits yang makhrojnya (sumber-sumber) diketahui dan rijalnya (perawi) masyhur, ia merupakan pokok dari hadits-hadits, ia juga diterima dikalangan para ulama’ serta banyak digunakan oleh para ahli fiqh”.
Dengan kata lain Hadis hasan ialah hadis yang sanadnya bersambung oleh penukil yang adil namun tidak terlalu kuat ingatannya dan terhindar dari keganjilan serta penyakit. Untuk menghilangkan keraguan antara hadis shohih dan hasan yang paling penting adalah batasan bahwa keadilan pada hadis hasan disandang oleh orang yang tidak begitu kuat ingatannya, sedang pada hadis shohih melekat pada rawi yang benar-benar kuat ingatannya. Tetapi keduanya bebas dari keganjilan dan penyakit keduanya bisa digunakkan sebagai hujjah dan kandungannya dapat dijadikan penguat.
Kriteria hadis hasan hampir sama dengan kriteria hadis shohih. Perbedaannya hanya terletak pada sisi kedhabithannya. Hadis shohih kedhabithan seluruh perawinya harus tamm (sempurna), sedang dalam hadis hasan kurang sedikit kedhabithannya jika dibandingkan dengan hadis shohih. Tetapi jika dibandingkan dengan kedhabithan perawi hadis dho’if tentu belum seimbang, hadis hasan lebih unggul. Menurut perkataan Syaikh Islam Tirmidzi telah membedakan antara hadis Shohih dan hadis Hasan dalam dua hal, yaitu:
1. Bahwa derajat perawi hadis hasan haruslah berada dibawah derajat perawi hadits Shohih.tetapi pada perawi hasan lidzatihi tidak boleh tertuduh atas kebohongan, mastur, majhul dll, dan perawi Shohih haruslah seorang terpercaya (tsiqoh) dan perawi hasan lidzatihi harus mempunyai sifat Dzobd (tepat) tetapi itu saja tidak cukup harus tidak tertuduh atas kebohongan.
2. Jalur perawi tidak hanya satu, seperti halnya yang diungkapkan oleh Tirmidzi dalam masalah ‘ilal dalam bukunya.
Naiknya hadits hasan ke derajat shohih bila suatu hadis hasan diriwayatkan dari jalur lain, maka ia menjadi kuat dan naik dari derajat hasan menuju derajat shohih. Karena perawi hadits hasan berada di bawah derajat perawi yang sempurna hafalannya, namun tetap berstatus adil. Sisi kekurangan daya hafal yang dikhawatirkan telah sirna dengan adanya jalur lain atau jalur-jalur lain yang menyumbat kekurangan itu dan naik dari hasan ke shohih.
Hadis shohih memiliki beberapa tingkat, para ulama telah berusaha untuk menjelaskan Ashahhul Asanid. Demikian pula dengan hadits hasan. Imam adz-Dzahaby mengatakan :”tingkat hasan tertinggi adalah riwayat Bahz ibn Hukaim dari ayahnya dari kakeknya, Amr ibn Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, Ibn Ishaq dari at-Taimiy dan sanad sejenis yang menurut sebagian ulama dikatakan sebagai sanad shohih, yakni menurupakan derajat shohih terendah. Kemudian sanad yang diperselisihkan antara hasan dan dho’ifnya, seperti riwayat al-Harits ibn Abdillah, ‘Ashim ibn Dhamrah, Hajjaj ibn Arthat dan lain-lainnya”.

0 komentar:

Posting Komentar