Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Pages

Senin, 23 Juli 2012

BUDI DAYA TANAMAN KELAPA SAWIT

BUDI DAYA TANAMAN KELAPA SAWIT

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang meny¬atakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang lebih tinggi. Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu mencip¬takan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit.
Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari luar maupun dari tanaman kelapa sawit itu sendiri. Faktor-faktor tersebut pada dasarnya dapat dibedakan menjadi faktor lingkungan, genetis, dan faktor teknis-agronomis. Dalam menunjang pertumbuhan dan proses produksi kelapa sawit, faktor tersebut saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Untuk mencapai produksi kelapa sawit yang maksimal, diharapkan ketiga faktor tersebut selalu dalam keadaan optimal.
Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tandan kelapa sawit. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar lintang utara-selatan 12 derajat pada ketinggian 0-500 m dpl. Beberapa unsur iklim yang penting dan saling mempengaruhi adalah curah hujan, sinar matahari, suhu, kelembapan udara, dan angin.
Curah hujan optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata-rata 2.000-2.500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan. Curah hujan yang merata dapat menurunkan penguapan dari tanah dan tanaman kelapa sawit. Namun, yang terpenting adalah tidak terjadi defisit air sebesar 250 mm. Bila tanah dalam keadaan kering, akar tanaman sulit menyerap mineral dari dalam tanah. Oleh sebab itu, musim kemarau yang berkepanjangan akan menurunkan produksi.
Selain curah hujan dan sinar matahari yang cukup, tanaman kelapa sawit memerlukan suhu yang optimal sekitar 24-280C untuk tumbuh dengan baik. Meskipun demikian, tanaman masih bisa tumbuh pada suhu terendah 180C dan tertinggi 320C. Beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendah suhu adalah lama penyinaran dan ketinggian tempat. Makin lama penyinaran atau makin rendah suatu tempat, makin tinggi suhunya. Tanaman kelapa sawit yang ditanam lebih dari ketinggian 500 m dpl akan terlambat berbunga satu tahun jika dibandingkan dengan yang ditanam di dataran rendah.
Sinar matahari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat dan memacu pembentukan bunga dan buah. Untuk itu, intensitas, kualitas, dan lama penyinaran amat berpengaruh. Lama penyinaran optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit antara 5-7 jam/hari. Beberapa daerah seperti Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan sering terjadi penyinaran matahari kurang dari 5 jam pada bulan-bulan tertent. Penyinaran yang kurang dapat menyebabkan berkurangnya asimilasi dan gangguan penyakit.
Kelembapan udara dan angin adalah faktor yang penting untuk menunjang pertumbuhan kelapa sawit. Kelembapan optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah 80%. Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang kering menyebabkan penguapan lebih besar, mengurangi kelembapan, dan dalam waktu lama mengakibatkan tanaman layu. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelembapan adalah suhu, sinar matahari, lama penyinaran, curah hujan, dan evapotranspirasi.
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial, atau regosol. Namun, kemampuan produksi kelapa sawit pada masing-masing jenis tanah tersebut tidak sama. Ada dua sifat utama tanah sebagai media tumbuh, yaitu sifat kimia dan sifat fisik tanah.
Beberapa hal yang menentukan sifat fisik tanah adalah tekstur, struktur, konsistensi, kemiringan tanah, permeabilitas, ketebalan lapisan tanah, dan kedalaman permukaan air tanah. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah gembur, subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang, dan mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan padas. Tekstur tanah ringan dengan kandungan pasir 20-60%, debu 10-40%, dan liat 20-50. Tanah yang kurang cocok adalah tanah pantai berpasir dan tanah gambut tebal.
Keadaan topografi pada areal perkebunan kelapa sawit berhubungan dengan kemudahan perawatan tanaman dan panen. Topografi yang dianggap cukup baik untuk tanaman kelapa sawit adalah areal dengan kemiringan 0-150. Hal ini akan memudahkan pengangkutan buah dari pohon ke tempat pemungutan hasil atau dari perkebunan ke pabrik pengolahan. Areal dengan kemiringan lereng lebih dari 150 masih memungkinkan ditanami, tetapi perlu dibuat teras. Areal seperti ini akan menyulitkan panen serta pengakutan hasil.
Sifat kimia tanah dapat dilihat dari tingkat keasaman dan komposisi kandungan hara mineralnya. Sifat kimia tanah mempunyai arti penting dalam menentukan dosis pemupukan dan kelas kesuburan tanah. Tanaman kelapa sawit tidak memerlukan tanah dengan sifat kimia yang istimewa sebab kekurangan suatu unsur hara dapat diatasi dengan pemupukan. Walaupun demikian, tanah yang mengandung unsur hara dalam jumlah besar sangat baik untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman, sedangkan keasaman tanah menentukan ketersediaan dan keseimbangan unsur-unsur hara dalam tanah. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH tanah antara 4,0-6,5, sedangkan pH optimumnya adalah 5-5,5. Tanah yang memiliki pH rendah dapat dinaikkan dengan pengapuran, tetapi membutuhkan biaya yang tinggi. Tanah dengan pH rendah biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut.
Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah yang memiliki kandungan unsur hara yang tinggi, dengan C/N mendekati 10 dimana C 1% dan N 0,1%. Daya tukar Mg dan K berada pada batas normal, yaitu untuk Mg 0,4-1,0 me/100 gram, sedangkan K 0,15-1,20 me/100 gram. Namun, faktor pengelolaan budi daya atau teknis agronomis dan sifat genetis induk tanaman kelapa sawit juga sangat menentukan produksi kelapa sawit.
Untuk menjaga kelangsungan hidup tanaman kelapa sawit maka diperlukan perawatan dan pemeliharaannya. Hama dan penyakit adalah salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam pembudidayaan tanaman kelapa sawit. Akibat yang ditimbulkannya sangat besar, seperti penurunan produksi bahkan kematian tanaman. Hama dan penyakit dapat menyerang tanaman kelapa sawit mulai dari pembibitan hingga tanaman menghasilkan. Sebagian besar hama yang menyerang adalah golongan serangga (insekta) dan sebagian lagi golongan mamalia, sedangkan penyakit yang menyerang kelapa sawit disebabkan oleh mikro organisme jamur, bakteri, dan virus.
Dari keterangan dan uraian di atas maka penulis tertarik untuk menelitinya lebih lanjut. Karya Tulis ini berjudul: "BUDI DAYA TANAMAN KELAPA SAWIT".

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut:
1. Bagaimana cara penanaman dan pemeliharaan pada tanaman kelapa sawit ?
2. Bagaimana cara pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kelapa sawit ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui cara penanaman dan pemeliharaan pada tanaman kelapa sawit.
b. Untuk mengetahui cara pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kelapa sawit.
2. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti kegiatan Lomba Karya Tulis Remaja Tingkat SMA/SMK/MA Se-Provinsi Riau yang diadakan oleh Politeknik Kampar tahun 2009.
b. Hasil karya tulis ini diharapkan dapat menambah ilmu dan pengalaman penulis mengenai budi daya tanaman kepada sawit.
c. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya dalam meneliti hal yang sama dengan permasalahan yang diteliti oleh penulis.

D. Sistematika Penulisan
Rangkaian sistematika penelitian terdiri dari lima bab. Masing-masing bab diperinci lagi menjadi beberapa sub bab yang saling berhubungan antara satu sama lainnya. Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I Merupakan bab pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, serta sistematika penulisan.
BAB II Bab ini merupakan telaah pustaka yang terdiri dari varietas kelapa sawit, dan morfologi tanaman kelapa sawit.
BAB III Pada bab ini akan dibahas mengenai metode penulisan yang digunakan, berisi tentang metode pengumpulan data, metode analisa data, dan metode penulisan.
BAB IV Bab ini merupakan pembahasan yang terdiri dari penanaman dan pemeliharaan tanaman kelapa sawit, dan pengendalian hama dan penyakit tanaman kelapa sawit.
BAB V Bab ini merupakan bab penutup yang berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran.




BAB II
TELAAH PUSTAKA

A. Varietas Kelapa Sawit
Dikenal banyak jenis varietas kelapa sawit di Indonesia. Varietas-varietas tersebut dapat dibedakan berdasarkan morfologinya. Namun, di antara varietas tersebut terdapat varietas unggul yang mempunyai beberapa keistimewaan dibandingkan dengan varietas lainnya, diantaranya tahan terhadap hama dan penyakit, produksi tinggi, serta kandungan minyak yang dihasilkan tinggi.
Berikut ini beberapa jenis varietas yang banyak digunakan oleh para petani dan perusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
1. Varietas berdasarkan warna kulit buah
Berdasarkan warna kulit buah, beberapa varietas kelapa sawit di antaranya varietas Nigrescens, Virescens, dan Albescens.
Tabel II. 1
Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Warna Kulit Buah
Varietas Warna buah muda Warna buah masak
Nigrescens Ungu kehitam-hitaman Jingga kehitam-hitaman
Virescens Hijau Jingga kemerahan, tetapi ujung buah tetap hijau
Abescens Keputih-putihan Kekuning-kuningan dan ujungnya ungu kehitaman

2. Varietas berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah
Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, beberapa varietas kelapa sawit diantaranya Dura, Pisifera, Tenera, Macro carya, dan Diwikka-wakka.



Tabel II. 2
Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung
Dan Daging Buah
Varietas Deskripsi
Dura 1. Tempurung tebal (2-8 mm)
2. Tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar tempurung
3. Daging buah relatif tipis, yaitu 35-50% terhadap buah
4. Kernel (daging biji) besar dengan kandungan minyak rendah
Dalam persilangan, dipakai sebagai pohon induk betina
Pisifera 1. Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada
2. Daging buah tebal, lebih tebal dari daging buah Dura
3. Daging bji sangat tipis
4. Tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain dan dipakai sebagai pohon induk jantan
Tenera 1. Hasil dari persilangan Dura dengan Pisifera
2. Tempurung tipis (0,5-4 mm)
3. Terdapat lingkaran serabut di sekeliling tempurung
4. Daging buah sangat tebal (60-96% dari buah)
5. Tandan buah lebih banyak, tetapi ukurannya relatif lebih kecil
Macro carya 1. Tempurung tebal sekitar (5 mm)
2. Daging buah sangat tipis

Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit menyebabkan perbedaan jumlah rendemen minyak sawit yang dikandungnya. Rendemen minyak paling tinggi terdapat pada varietas Tenera yaitu mencapai 22-24%, sedangkan pada varietas Dura hanya 16-18%.




B. Morfologi Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang, dan daun, sedangkan bagian generatif yang merupakan alat perkembangbiakan terdiri dari bunga dan buah.
1. Bagian vegetatif
a. Akar
Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Selain itu, sebagai penyangga berdirinya tanaman sehingga mampu menyokong tegaknya tanaman pada ketinggian yang mencapai puluhan meter hingga tanaman berumur 25 tahun. Akar tanaman kelapa sawit tidak berbuku, ujungnya runcing, dan berwarna putih atau kekuningan.
Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat karena tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar primer, sekunder, tertier, dan kuarter. Akar primer tumbuh ke bawah di alam tanah sampai batas permukaan air tanah. Akar sekunder, terti¬er, dan kuarter tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah bahkan akar tertier dan kuarter menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang banyak mengandung zat hara. Di samping itu, tumbuh pula akar nafas yang muncul di atas permukaan atau di dalam air tanah. Penyebaran akar terkonsentrasi pada tanah lapisan atas.
Akar tertier dan kuarter juga banyak ditemukan sampai dengan 1 m di dalam tanah. Bahkan ada yang mampu tumbuh sampai dengan kedalaman 5 m. Namun, sistem perakaran yang paling banyak ditemukan adalah pada kedalaman 0-20 cm, yaitu pada lapisan olah tanah (top soil). Oleh karena itu, jika menemukan sistem perakaran yang dangkal, perlu menjaga ketersediaan unsur hara dan permukaan air tanah yang lebih mendekati permukaan akar tanaman, terutama pada lahan gambut dan lahan kritis.
b. Batang
Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil, yaitu batangnya tidak mempunyai kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang berfungsi sebagai penyangga tajuk serta menyimpan dan mengangkut bahan makanan. Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter 20-75 cm. Tanaman yang masih muda, batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh pelepah daun. Pertambahan tinggi batang terlihat jelas setelah tanaman berumur 4 tahun. Tinggi batang bertambah 25-45 cm/tahun. Jika kondisi lingkungan sesuai, pertambahan tinggi batang dapat mencapai 100 cm/tahun. Tinggi maksimum yang ditanam di perkebunan antara 15-18 m, sedangkan yang di alam mencapai 30 m. Pertumbuhan batang tergantung pada jenis tanaman, kesuburan lahan, dan iklim setempat.
c. Daun
Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun memben¬tuk satu pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7,5-9 m. Jumlah anak daun di setiap pelepah berkisar antara 250-400 helai. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga makin efektif melakukan fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Semakin lama proses fotosintesis berlangsung, semakin banyak bahan makanan yang dibentuk sehingga produksi akan meningkat. Produksi daun tergantung iklim setempat. Umur daun mulai terbentuk sampai tua sekitar 6-7 tahun. Daun kelapa sawit yang sehat dan segar berwarna hijau tua.
2. Bagian generatif
a. bunga
Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious), artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman dan masing-masing terangkai dalam satu tandan. Rangkaian bunga jantan terpisah dengan bunga betina. Setiap rangkaian bunga muncul dari pangkal pelepah daun. Sebelum bunga mekar dan masih diselubungi seludang, dapat dibedakan bunga jantan dengan bunga betina, yaitu dengan melihat bentuknya. Bunga jantan bentuknya lonjong memanjang dengan ujung kelopak agak meruncing dan garis tengah bunga lebih kecil, sedangkan bunga betina bentuknya agak bulat dengan ujung kelopak agak rata dan garis tengah lebih besar.
b. Buah
Buah disebut juga fructus. Pada umumnya tanaman kelapa sawit yang tumbuh baik dan subur sudah dapat menghasilkan buah serta siap dipanen pertama pada umur sekitar 3,5 tahun jika dihitung mulai dari penanaman biji kecambah di pembibitan. Namun, jika dihitung mulai penanaman di lapangan maka tanaman berbuah dan siap panen pada umur 2,5 tahun. Buah terbentuk setelah terjadi penyerbukan dan pembuahan. Waktu yang diperlukan mulai dari penyerbukan sampai buah matang dan siap panen kurang lebih 5-6 bulan. Warna buah tergantung varietas dan umurnya.
Tanaman kelapa sawit rata-rata menghasilkan buah 20-22 tandan/tahun. Untuk tanaman yang semakin tua produktivitasnya akan menurun menjadi 12-14 tandan/tahun. Pada tahun-tahun pertama tanaman berbuah sekitar 3-6 kg, tetapi semakin tua berat tandan bertambah yaitu 25-35 kg/tandan. Banyaknya buah yang terdapat pada satu tandan tergantung pada faktor genetis, umur, lingkungan, dan teknik budi dayanya. Jumlah buah per tandan pada tanaman yang cukup tua mencapai 1.600 buah. Panjang buah antara 2-5 cm dan berat sekitar 20-30 gram/buah.


BAB III
METODE PENULISAN

A. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data penulis menggunakan beberapa teknik antara lain sebagai berikut:
1. Library Research
Yaitu dengan cara melakukan telaah pustaka, dengan membaca beberapa buku yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.
2. Melalui Website atau Situs
Yaitu penulis mengumpulkan bahan dari berbagai website atau situs yang berhubungan dengan pembahasan karya tulis ini.

B. Metode Analisa Data
Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif kualitatif yaitu mengumpulkan data yang telah ada kemudian data itu dikelompokan ke dalam kategori-kategori berdasarkan perumusan masalah, jenis data tersebut dengan tujuan dapat menggambarkan permasalahan yang diteliti kemudian dianalisa dengan menggunakan pendapat atau teori para ahli yang relevan.

C. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Metode deduktif yaitu penulis menggunakan kaedah-kaedah atau pendapat yang bersifat umum dan diambil kesimpulan secara khusus.
2. Metode induktif adalah suatu uraian penulis yang diawali dengan menggunakan kaedah-kaedah khusus, kemudian dianalisa dan diambil kesimpulan secara umum.
3. Metode deskriptif adalah uraian penulisan yang menggambarkan secara utuh dan apa adanya tanpa menguraikan atau menambah-nambahnya.

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit
1. Penanaman Tanaman Kelapa Sawit
Pada umumnya tanaman kelapa sawit berasal dari bibit yang dikembangbiakkan dengan cara generatif, yaitu dengan biji. Cara penggadaan bibit seperti ini memiliki kendala yaitu bahan bibit yang akan diperoleh terbatas dan bervariasi. Namun, sejalan dengan perkembangan teknologi, pengadaan bibit kelapa sawit sudah dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi kultur jaringan. Cara ini dianggap lebih praktis dan mampu mengatasi beberapa kendala pengembangbiakan yang berasal dari biji.
a. Jenis-Jenis Bibit Kelapa Sawit
Bibit kelapa sawit dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu benih dan bibit liar, bibit unggul, serta bibit kultur jaringan.
1. Benih dan bibit liar
Beberapa ciri fisik yang dapat digunakan untuk mengetahui benih atau bibit kelapa sawit liar adalah sebagai berikut.
a). Ciri-ciri fisik biji atau kecambah liar
1). Tempurung bijinya tipis.
2). Banyak mengandung serabut, permukaannya kasar dan kotor karena pengupasnnya tidak dilakukan dengan benar.
3). Panjang radicula (calon akar) dan plumula (calon batang) tidak seragam.
4). Persentase kematian dari biji/kecambah cukup besar karena sebelumnya biji tidak direndam dalam fungisida.
b). Ciri-ciri fisik bibit liar
1). Pertumbuhan bibit tidak seragam.
2). Persentase pertumbuhan bibit yang abnormal cukup tinggi.
3). Bibit terlihat kurus karena endosperm yang berisi cadangan makanan berukuran kecil.
4). Lebih mudah terserang hama penyakit.
c). Ciri-ciri fisik tanaman yang berasal dari bibit liar
1). Banyak dijumpai tanaman yang tumbuh abnormal.
2). Pertumbuhannya tidak seragam baik tinggi, besar batang, maupun lebar tajuk.
3). Produksi per tanaman sangat bervariasi, yaitu sekitar 25% tidak berbuah, 50% berbuah dengan rendemen minyak rendah, dan 25% kemungkinan berbuah baik.
2. Benih unggul
Beberapa ciri yang dapat digunakan untuk menandai kecambah yang dikategorikan baik dan layak untuk ditanam antara lain sebagai berikut.
a). Warna radikula kekuning-kuningan, sedangkan plumula keputih-putihan.
b). Ukuran radikula lebih panjang dari pada plumula.
c). Pertumbuhan radikula dan plumula lurus dan berlawanan arah.
d). Panjang maksimum radikula 5 cm, sedangkan plumula 3 cm.
3. Bibit kultur jaringan
Pada tahun 1974 dihasilkan tanaman kelapa sawit pertama dari metode kultur jaringan di Unilever Research Laboratory of London. Di Indonesia, teknik kultur jaringan tanaman kelapa sawit antara lain dikembangkan oleh PT Socfindo, Pusat Penelitian Marihat, dan Balai Penelitian Perkebunan Medan.
Teknik kultur jaringan (tissue culture) merupakan satu cara untuk mendapatkan klon kelapa sawit dengan perlakuan khusus dari bahan biakan yang berupa jaringan muda. Jaringan muda yang digunakan sebagai bahan perbanyakan (eksplan) tanaman kelapa sawit adalah daun muda (janur) atau ujung akar. Tujuan yang akan dicapai sehubungan dengan penerapan kultur jaringan pada tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut.
a). Satu alternatif untuk meningkatkan produksi minyak dari 5-6 ton/ha/tahun menjadi 7-9 ton/ha/tahun atau 32-40 ton TBS/ha/tahun.
b). Mengatasi kesulitan perbanyakan tanaman kelapa sawit secara konvensional (dengan menggunakan biji).
c). Mengatasi masalah kesulitan perkecambahan, terutama pada jenis-jenis atau varietas yang agak sulit dikecambahkan.
d). Meningkatkan keseragaman tanaman kelapa sawit sehingga akan mengurangi variasi produksi termasuk rendemen minyak.
e). Mempercepat waktu pemanenan.
b. Pembibitan Tanaman Kelapa Sawit
Bibit tidak dapat langsung ditanam di lapangan karena bibit masih terlalu kecil sehingga mudah terganggu pertumbuhannya oleh hama penyakit. Selain itu, pertumbuhan bibit tidak seragam terutama untuk bibit yang sangat muda. Pembibitan dapat dilakukan di lapangan maupun dengan memakai polybag, seperti gambar di bawah ini.
Gambar IV. 1
Pembibitan Tanaman Kelapa Sawit Dengan Memakai Polybag


Pembibitan dibagi menjadi dua tahap, yaitu pembibitan pendahuluan atau persemaian dan pembibitan utama. Sebelum pembibitan dimulai, biasanya dilakukan pengecambahan biji. Biji-biji yang telah terseleksi, yaitu biji yang unggul disebarkan di bedengan untuk perkecambahan. Setelah biji disebar, bedengan ditutup dengan atap untuk mencegah turunnya suhu pada malam hari. Biji yang telah berkecambah kemudian dipindahkan untuk pembibitan selanjutnya.
1). Pembibitan Pendahuluan
Pembibitan pendahuluan atau persemaian bertujuan memperoleh bibit yang rata pertumbuhannya sebelum dipindahkan ke pembibitan utama. Tahap awal ialah penyiapan lahan bedengan berukuran 1,6x20 m dengan jarak antar bedengan 80 cm. Media yang digunakan campuran tanah lapisan atas dan pupuk kandang dengan perbanding 2:1. Setelah tercampur kemudian dikeringkan dan disaring, selanjutnya dimasukkan ke dalam polybag dengan penyiraman terlebih dahulu.
Benih yang telah berkecambah ditanam dalam polybag dan dijaga agar akarnya tidak patah. Penyiraman dilakukan rutin, setiap pagi dan sore hari. Pemupukan dapat menggunakan urea, setiap 400 bibit membutuhkan 56 gram urea/18 liter air. Pemupukan dilakukan setiap minggu, setelah dipupuk tanaman disiram lagi dengan air agar daun tidak hangus.
2). Pembibitan Utama
Bibit yang sudah berumur 3 bulan atau bila sudah berdaun 3-4 lembar dapat dipindahkan ke pembibitan utama. Bibit dipilih yang memiliki tinggi seragam dan pertumbuhannya normal. Tujuan utama pembibitan, yaitu agar bibit cukup kuat dan besar sebelum ditanam di lahan, juga agar pertumbuhan semua bibit seragam. Persiapan media tanam menggunakan campuran tanah lapisan atas dengan pupuk kandang. Polybag yang digunakan harus besar, berukuran 40x50 cm dan dapat menampung beban media seberat ± 25 kg. Perawatan selanjutnya tidak berbeda dengan pembibitan awal.
c. Penanaman
Penanaman atau pemindahan bibit ke lahan dilakukan setelah bibit berumur 12-14 bulan karena umur yang tidak tepat dapat menyebabkan kematian. Tinggi bibit yang dianjurkan antara 70-180 cm. Bibit yang tingginya lebih, produksinya juga tidak akan lebih baik. Waktu tanam yang baik pada awal musim hujan. Penanaman pada musim kemarau dapat menyebabkan kematian karena persediaan air terbatas, sedangkan tanaman membutuhkan lebih banyak air.
Jarak tanam dan susunan penanaman menentukan kerapatan tanaman yang memengaruhi tingkat produktivitas tanaman. Jarak tanam optimal 9 m untuk tanah datar dan 8,7 m untuk tanah bergelombang. Sedangkan susunan tanaman yang paling ekonomis adalah bentuk segitiga sama sisi, sehingga tiap hektar dapat memuat 143 pohon.
2. Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit
Perawatan tanaman merupakan salah satu tindakan yang sangat penting dan menentukan masa produktif tanaman. Perawatan bukan hanya ditujukan terhadap tanaman, tetapi juga media tumbuh (tanah). Walaupun tanaman dirawat dengan baik, tetapi perawatan tanah diabaikan maka tidak akan banyak memberi manfaat. Perawatan tanaman kelapa sawit meliputi penyulaman, penanaman tanaman sela, pemberantasan gulma, pemangkasan, pemupukan, kastrasi, dan penyerbukan buatan.
a. Penyulaman
Penyulaman bertujuan mengganti tanaman yang mati atau pertumbuhannya kurang baik dengan tanaman yang baru. Kematian atau kurang baiknya pertumbuhan tanaman dapat disebabkan bebarapa hal, yaitu penanaman yang kurang teliti, kekeringan, terendam air, terserang hama dan penyakit. Penanaman dikatakan berhasil jika jumlah tanaman yang disulam maksimum 2-3% dari seluruh bibit yang ditanam. Pada perkebunan besar, jumlah cadangan bibit dapat mencapai 5% dari jumlah bibit yang ditanam.
Saat yang baik untuk melakukan penyulaman adalah musim hujan. Bibit yang digunakan untuk penyulaman adalah yang berumur 12-14 bulan dan perkembangannya sehat.
b. Penanaman Tanaman Sela
Pada umumnya, tanaman sela untuk kelapa sawit dipilih dari tanaman yang berumur pendek dan pertumbuhannya tidak mengganggu tanaman pokok, bahkan kalau bisa menguntungkan. Kalaupun tidak mendatangkan keuntungan, tanaman sela harus dapat cepat dimatikan agar tidak menimbulkan kerugian. Berbagai jenis tanaman palawija dan sayur-sayuran, seperti jagung, kedelai, ketela pohon, ketela rambat, kacang panjang, dan kecipir dapat digunakan untuk tanaman sela.
c. Pengendalian Gulma
Gulma yang tumbuh di sekitar bibit atau tanaman kelapa sawit perlu diberantas sebab dapat merugikan tanaman pokok, bahkan menurunkan produksi. Gulma menjadikan tanaman pokok berkompetisi dalam memperoleh air, unsur hara, cahaya maupun CO2. Selain itu, gulma dapat berperan sebagai tanaman inang bagi hama dan penyakit.
Pada dasarnya ada 3 cara pemberantasan gulma, yaitu secara mekanis (manual), kimiawi, dan biologis. Pemberantasan secara mekanis adalah pemberantasan dengan menggunakan alat dan tenaga secara langsung. Alat yang digunakan antara lain sabit, cangkul, dan garpu. Pemberantasan mekanis dapat dilakukan dengan cara clean weeding atau penyiangan bersih pada daerah piringan dan selective weeding yaitu penyiangan untuk jenis rumput tertentu, seperti alang-alang, krisan, dan teki. Pemberantasan gulma dengan cara ini dapat dilakukan 5-6 kali pada tahun pertama atau tergantung keadaan perkebunan.
Pemberantasan gulma secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan herbisida. Keuntungan cara kedua ini adalah penggunaan tenage kerja yang relatif sedikit. Namun, cara ini dapat mengganggu organisme lain dan kelestarian alam.
Pemberantasan gulma secara biologi yaitu dengan menggunakan tumbuh-tumbuhan atau organisme tertentu yang bertujuan untuk mengurangi pengaruh buruk dari gulma.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih efektif, pemberantasan gulma tanaman kelapa sawit dapat dilakukan dengan kombinasi ketiga cara yang telah disebutkan di atas.
d. Pemangkasan
Pemangkasan adalah pembuangan daun-daun tua tanaman kelapa sawit dengan menggunakan alat ehisel (dodos), egrek (arit bergagang bambu panjang), atau kampak petik. Untuk tanaman muda yang belum menghasilkan buah, pemangkasan dilakukan 6 bulan sekali dan untuk tanaman yang pernah berbuah, dilakukan 8 bulan sekali.
Pada tanaman muda sebaiknya tidak dilakukan pemangkasan, kecuali dengan maksud mengurangi penguapan oleh daun pada saat tanaman akan dipindahkan dari pembibitan ke areal perkebunan. Tujuan pemangkasan adalah sebagai berikut:
1). Memperbaiki sirkulasi udara di sekitar tanaman sehingga dapat membantu proses penyerbukan secara alami.
2). Mengurangi penghalangan pembesaran buah dan kehilangan brondolan buah terjepit pada pelepah daun.
3). Membantu dan memudahkan pada waktu panen.
4). Mengurangi perkembangan epifit.
5). Agar proses metabolisme tanaman berjalan lancar, terutama proses fotosistesis dan respirasi.
e. Pemupukan
Salah satu tindakan perawatan tanaman yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman adalah pemupukan. Pemupukan bertujuan untuk menambah ketersediaan unsur hara di dalam tanah terutama agar tanaman dapat menyerapnya sesuai dengan kebutuhan. Dengan pemupukan dapat meningkatkan produktivitas tanaman.

Kekurangan atau defisiensi unsur hara tanaman, dapat diketahui dari gejala-gejala yang tampak pada tanaman. Defisiensi unsur hara yang berlebihan dapat menurunkan produktivitas tanaman bahkan dapat menyebabkan kematian.
Pemberian pupuk pada tanaman harus memperhatikan beberapa hal yang menjadi kunci keefektifan pemberian pupuk, diantaranya daya serap akar tanaman, cara pemberian dan penempatan pupuk, waktu pemberian, serta jenis dan dosis pupuk. Beberapa jenis pupuk yang dapat digunakan antara lain Urea, TSP, KCL, Kieserite, dan Boraks. Dosis untuk setiap tempat berbeda, tergantung tingkat kesuburan tanah.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memupuk tanaman sebagai berikut.
1). Bersihkan terlebih dahulu piringan dari rumput, alang-alang, dan kotoran lain.
2). Pada areal datar semua pupuk ditabur merata mulai 0,5 m dari pohon sampai pinggir piringan.
3). Pada areal yang berteras, pupuk disebar pada piringan kurang lebih 2/3 dari dosis di bagian dalam teras dekat dinding bukit, sisanya (1/3 bagian) diberikan pada bagian luar teras.
Pupuk harus tersedia pada waktu yang ditentukan, sehingga keberadaannya tidak menjadikan suatu hambatan bagi tanaman yang akan dipupuk. Adapun waktu yang terbaik untuk melakukan pemupukan adalah pada saat musim penghujan, yaitu pada saat keadaan tanah berada dalam kondisi yang sangat lembap, tetapi tidak sampai tergenang air. Dengan demikian, pupuk yang ditaburkan di masing-masing tanaman dapat segera larut dalam air, sehingga lebih cepat diserap oleh akar tanaman. Jumlah air tanah yang sangat baik untuk melarutkan pupuk adalah sekitar 75% dari kapasitas lapang. Hal ini dapat dicapai jika sehari sebelumnya telah terjadi hujan sebanyak sekitar 20 mm serta pada bulan-bulan sebelumnya tidak terjadi defisit air. Adakalanya berdasarkan hasil rekomendasi pemupukan yang ada pada masa TBM, pupuk diaplikasikan sebanyak 3 kali dalam setahun, dimana untuk pupuk N, P, K, Mg dan Bo dapat diberikan menjelang dan akhir musim hujan.
f. Kastrasi
Kastrasi adalah pemotongan atau pembuangan secara menyeluruh bunga jangan maupun bunga betina sebelum areal tersebut dipolinasi. Kastrasi dilakukan sejak tanaman mengeluarkan bunga yang pertama (umur 12 bulan setelah tanam) sampai tanaman berumur 33 bulan atau selambat-lambatnya 6 bulan sebelum panen pertama. Kastrasi bertujuan untuk merangsang pertumbuhan vegetatif dan menghilangkan sumber infeksi hama dan penyakit.
Bunga pertama yang terbentuk hingga 6 bulan sebelum panen, biasanya akan berguguran dan masih kecil-kecil, sebab bagian dari bunga belum sempurna. Bunga tersebut jika dipertahankan untuk menghasilkan buah, sangat tidak efisien, karena buah yang terbentuk memiliki kandungan minyak yang sangat sedikit. Kastrasi dilakukan 1 bulan sekali atau sebanyak 10-12 kali selama masa TBM dengan menggunakan dodos. Dengan melakukan kastrasi yang baik dan benar, diharapkan pada saat panen perdana atau 6 bulan setelah kastrasi terakhir, buah yang dihasilkan memenuhi kriteria panen yang diinginkan sehingga akan menghasilkan rendemen minyak yang tinggi.
g. Penyerbukan buatan
Penyerbukan alami dinilai kurang menguntungkan karena jumlah buah yang dihasilkan lebih sedikit. Mendapatkan tandan dengan ukuran dan jumlah buah yang optimal, harus dilakukan penyerbukan buatan (assisted pollination). Selain itu, dimaksudkan juga membantu penyerbukan alami yang terganggu karena jumlah bunga jantang kurang atau musim hujan yang panjang. Penyerbukan ini dapat dilakukan dengan bantuan manusia atau serangga.
1). Penyerbukan dengan bantuan manusia
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah pengambilan serbuk sari dari bunga jantan yang segar dan sedang mekar (anthesis) yang ditandai dengan warna yang kuning terang dan bau yang khas. Untuk menghindari kehilangan serbuk sari, sebaiknya bunga jantan yang akan diambil serbuk sarinya ditutup dengan kanton kertas atau kantong plastik, lalu dipotong. Kantong yang berisi potongan bunga jantan tersebut lalu diguncang-guncangkan agar serbuk sari terlepas. Serbuk sari kemudian disaring (saringan 70 mesh) dan dikeringkan di dalam oven pada suhu 380 C selama 24 jam dengan cara disebarkan di atas kertas setebal 0,65 cm. setelah kering, serbuk sari disimpan dalam alat desiccator yang dilengkapi silica gel yang mengabsorpsi uap air. Serbuk sari yang akan digunakan dicampur dengan talk dengan perbandingan 1:10 dalam puffer.
Penyerbukan dilakukan pada bunga betina yang sedang reseptif dengan tanda putiknya berwarna kuning kemerah-merahan, berlendir, berbau spesifik, dan kelopak bunga bagian atas sudah terbuka. Untuk memudahkan penyerbukan, pembukaan kelopak bunga sampai bawah dapat dibantu dengan alat dari kayu yang ujungnya diberi 2 buah paku. Bagian atas puffer yang berisi serbuk sari ditutup dengan kain kasa agar serbuk sari dapat keluar jika dihembuskan. Selanjutnya, serbuk sari dihembuskan di seluruh bagian bunga betina sampai mencapai kepala putik. Apabila serbuk sari tidak habis pada hari itu, sisanya harus dibuang.
Rotasi penyerbukan buatan untuk tahun pertama dilakukan sekali dalam 3 hari atau 2 kali seminggu. Pada tahun kedua dan ketiga, penyerbukan dilakukan berdasarkan perhitungan bunga jantan yang mekar per hektar setiap minggu. Jika bunga jantan lebih dari tiga buah per hektar, penyerbukan dilakukan dengan rotasi setiap minggu. Jika jumlahnya antara 3-5 buah per hektar, penyerbukan dilakukan berdasarkan pertimbangan iklim atau hujan yang menghalangi pelaksanaan penyerbukan alami. Jika jumlahnya lebih dari 5 buah per hektar, tidak perlu dilakukan penyerbukan buatan sebab bunga jantan dianggap sudah cukup untuk menyerbuk secara alamiah.
Keberhasilan penyerbukan buatan ditentukan oleh kebersihan puffer dan kain kasa penutup botol. Sebaiknya kain kasa penutup botol diganti setiap kali pemakaian. Sebagai langkah terakhir adalah melakukan pengontrolan untuk mengetahui tingkat keberhasilan penyerbukan. Pengontrolan dapat diketahui dengan mengamati perkembangan warna putik dan bakal bijinya.
2). Penggunaan Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit (SPKS)
Serangga penyerbuk kelapa sawit yang paling banyak digunakan dan telah memberikan hasil yang optimal adalah Elaeidobius kameranicus. Serangga tersebut didatangkan dari Kamerun, Afrika dan diperkenalkan pada tahun 1983. Termasuk dalam ordo Coleoptera dengan panjang 4 mm, lebar 1,5 mm, dan berwarna cokelat kehitaman. Pelepasan serangga tersebut di Indonesia antara lain dilakukan di kebun percobaan Sungai Pancur, Pagar Merbau dan Aek Pancur di Sumatera. Berdasarkan beberapa penelitian bahwa jenis serangga tersebut berkembang biak dengan cepat, baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Dapat berimigrasi sampai sejauh 1 km untuk mendapatkan bunga jantan yang sedang beranthesis. Serangga penyerbuk kelapa sawit datang pada bunga betina karena tertarik dengan bau yang dikeluarkan oleh bunga betina. Kemampuan serangga untuk membawa serbuk sari besar sekali dan tanpa disengaja dibawa ke kepala putik. Proses penyerbukan buatan pun akan terjadi. Siklus hidup untuk serangga betina mulai dari telur hingga terbentuk kumbang dewasa adalah 8-21 hari, sedangkan serangga jantan 9-24 hari. Polinasi serangga penyerbuk kelapa sawit dapat dimulai setelah kastrasi terakhir atau 6 bulan sebelum panen pertama. Perlakuan tersebut dapat dilanjutkan secara berkala sampai tanaman berumur 7 tahun. Setelah itu, perkembangan serangga penyerbuk kelapa sawit akan berlangsung sendiri.
Kehadiran serangga penyerbuk kelapa sawit tersebut memberikan dampak yang nyata bagi perkebunan kelapa sawit, diantaranya meningkatkan produksi TBS hingga mencapai 15-20%, susunan buah yang dihasilkan sangat baik dan padat. Begitu pula ukuran, berat tandan, dan rendemen inti mengalami peningkatan menjadi 6-7%. Namun, serangga penyerbuk kelapa sawit juga menimbulkan dampak yang merugikan terutama dapat meningkatkan populasi tikus karena tikus menyukai larva serangga tersebut.
h. Panen Pemanenan Pada Tanaman Kelapa Sawit
Kriteria umum yang digunakan untuk panen adalah 2 grondolan untuk 1 kg tandan buah segar (TBS) pada tanaman berumur 3-5 tahun. Panen yang tepat bertujuan untuk mencapai kandungan minyak yang maksimal. Pemanenan pada buah yang terlalu masak akan meningkatkan Asam Lemak Bebas (ALB), sebab kandungan minyaknya berubah menjadi ALB. Sedangkan buah mentah akan menurunkan kandungan minyak, walaupun ALB-nya rendah.
Ada 3 cara panen yang biasa dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Untuk tanaman dengan tinggi 2-5 m menggunakan cara panen jongkok dengan alat dodos, sedangkan tanaman yang tingginya 5-10 dipanen dengan cara berdiri dan menggunakan alat kampak siam. Cara egrek digunakan untuk pemanenan tanaman dengan tinggi di atas 10 m, dengan alat arit bergagang panjang (egrek).
Gambar IV. 2
Pemanenan Hasil Tanaman Kelapa Sawit

B. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Kelapa Sawit
1. Pengendalian Hama Tanaman Kelapa Sawit
Berbagai jenis hama yang banyak ditemukan di areal perkebunan kelapa sawit serta cara pengendalian dan pemberantasannya adalah sebagai berikut.
a. Ulat Api
Gejalanya helaian daun berlubang atau habis sama sekali, mulai dari daun bagian bawah sehingga hanya tingggal tulang daun. Dalam kondisi yang parah tanaman akan kehilangan daun sekitar 90%. Pada tahun petama setelah serangan dapat menurunkan produksi sekitar 69% dan sekitar 27% pada tahun kedua.
Penyebabnya adalah hama pemakan daun, seperti setora nitens, darna trima, dan ploneta diducta. Larva berupa ulat berwarna hijau dan pada punggungnya terdapat garis putih memanjang dari kepala sampai ujung badan. Ulat ini berukuran panjang 20-25 mm. Punggungnya berbulu kasar kaku dan beracun. Bulu kasar tersebut mengeluarkan cairan dan jika terkena tangan terasa gatal dan panas.
Pada serangan ringan, pengendalian dapat dilakukan dengan mengambil ulat dari daun dan memusnahkannya. Pemberantasan secara kimia dengan menyemprotkan insektisida berbahan aktif triazofos 242 g/l, karbaril 85% dan klorpirifos 200 g/l. Beberapa contoh insektisida tersebut adalah Hostation 25 ULV, Sevin 85 ES atau Dursban. Konsentrasi yang dianjurkan yaitu 0,2-0,3%. Pengendalian secara biologis, yaitu dengan penyebaran virus B. nudaurelia.
b. Penggerek Tandan Buah
Gejalanya buah muda atau tua terlihat berlubang-lubang. Penyebabnya yaitu Ngengat Tirthaba mundella. Berwarna cokelat muda sampai cokelat tua dengan panjang sekitar 4 cm. Hama ini meletakkan telurnya pada tandan buah dan setelah menetas, larva akan melubangi buah kelapa sawit. Ulat memakan putik bunga dan daging buah.
Pengendalian secara kimia menggunakan insektisida, secara biologi dengan penyebaran predator dan lalat parasit.
c. Tikus
Gejalanya pertumbuhan tanaman tidak normal, terutama pada bibit dan tanaman muda. Pada tanaman dewasa yang sudah menghasilkan, terjadi kerusakan tandan buah dan bunga yang masih muda. Pengendalian dengan merusak sarang tikus, pengeroyokan masal, dan memanfaatkan predator atau musuh alami, seperti kucing, ular, dan burung hantu. Secara kimia, dapat menggunakan rodentisida.
d. Nematoda
Gejalanya daun-daun baru yang akan membuka menjadi tergulung dan tumbuh tegak. Selanjutnya daun berubah warna menjadi kuning dan mengering. Terjadi pembusukan pada tandan bunga dan tidak membuka, sehingga tidak menghasilkan buah.
Penyebabnya yaitu Nematoda Rhadinaphelenchus cocophilus. Hama ini menyerang akar tanaman kelapa sawit. Untuk memberantas sumber infeksi, pohon yang terserang diracun dengan natrium arsenit. Tanaman yang sudah mati dan kering dibongkar kemudian dibakar.
e. Tungau
Menyerang daun bagian bawah terutama pada daun tua. Warna daun akan berubah menjadi perunggu mengkilap. Timbul bintik-bintik dan daun akan mengering. Hama ini menyerang pada pesemaian atau pembibitan.
Penyebabnya adalah tungau merah (oligonychus) yang panjangnya 0,5 mm. Hidup di sepanjang tulang anak daun sambil mengisap cairan daun. Hama ini membahayakan dan berkembang pesat dalam keadaan cuaca kering di musim kemarau.

Cara mengatasinya adalah melakukan penyemprotan dengan akarisida Tedion 75 EC yang mengandung bahan aktif tetradifon 75,2 g/l dengan konsentrasi 0,1-0,2%. Dapat pula disemprot dengan insektisida Perfekthion dengan bahan aktif dimetoat dengan konsentrasi 0,1%.
2. Pengendalian Penyakit Tanaman Kelapa Sawit
a. Jamur Culvularia
Biasanya menyerang saat bibit masih berumur beberapa bulan. Jika serangan parah, daun kering, menggulung, dan rusak. Pengendalian menggunakan fungisida.
b. Busuk Pangkal Batang
Gejalanya daun hijau pucat, daun muda yang terbentuk sedikit. Daun tua layu dan patah pada pelepahnya. Batang menghitam selanjutnya membusuk dengan warna cokelat muda. Akhirnya, bagian atas tanaman berjatuhan dan batangnya roboh.
Pengendalian dengan membongkar dan membakar tanaman yang terserang, di sekitar tanaman dibuat parit, dan tanaman yang belum terserang dibumbun.
c. Busuk Tandan
Gejalanya terdapat meselium berwarna putih pada buah atau pangkal pelepah daun. Pengendalian dengan pembakaran tandan buah yang terserang dan secara kimia dengan penggunaan fungisida.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari keterangan dan uraian di atas maka penulis dapat mengambil kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Cara penanaman dan pemeliharaan pada tanaman kelapa sawit yaitu pertama dengan memilih bibit yang unggul, kemudian lakukan pembibitan pendahuluan atau persemaian bertujuan memperoleh bibit yang rata pertumbuhannya sebelum dipindahkan ke pembibitan utama. Penanaman atau pemindahan bibit ke lahan dilakukan setelah bibit berumur 12-14 bulan karena umur yang tidak tepat dapat menyebabkan kematian. Tinggi bibit yang dianjurkan antara 70-180 cm. Jarak tanam dan susunan penanaman menentukan kerapatan tanaman yang memengaruhi tingkat produktivitas tanaman. Jarak tanam optimal 9 m untuk tanah datar dan 8,7 m untuk tanah bergelombang. Sedangkan susunan tanaman yang paling ekonomis adalah bentuk segitiga sama sisi, sehingga tiap hektar dapat memuat 143 pohon. Sedangkan untuk pemeliharaan atau perawatannya yaitu meliputi penyulaman, penanaman tanaman sela, pemberantasan gulma, pemangkasan, pemupukan, kastrasi, dan penyerbukan buatan.
2. Cara pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kelapa sawit yaitu pemberantasan secara kimia dengan menyemprotkan insektisida pada hama ulat api, rodentisida pada hama tikus dan secara biologi dengan penyebaran predatornya. Sedangkan pengendalian penyakit tanaman kelapa sawit yaitu
Jamur Culvularia dengan menggunakan fungisida, busuk pangkal batang pengendaliannya dengan membongkar dan membakar tanaman yang terserang di sekitar tanaman dibuat parit, dan busuk tandan pengendalian dengan pembakaran tandan buah yang terserang dan secara kimia dengan penggunaan fungisida.

B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Sebelum membudidayakan tanaman kelapa sawit terlebih dahulu dilakukan studi kelayakan baik dari faktor iklim, curah hujan, kelembapan udara dan angin serta tanah. Karena hal tersebut dapat mempengaruhi hasil produksi tanaman kelapa sawit. Apabila dinilai layak atau baik, maka budi daya tanaman kelapa sawit dapat dilakukan.
2. Untuk memberantas hama dan penyakit tanaman kelapa sawit perlu dilakukan tindakan preventif atau pencegahan sedini mungkin. Karena dapat mengurangi resiko yang lebih besar dari dampak yang ditimbulkan oleh hama dan penyakit tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Ariyantoro, Hadi. 2006. Budi Daya Tanaman Perkebunan. Yogyakarta: PT Citra Aji Parama.
Fauzi, Yan, dkk. 2006. Kelapa Sawit: Budi Daya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya.
Mustafa Hadi, M. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Pahan, Iyung. 2008. Panduan Teknis Budi Daya Kelapa Sawit. Jakarta: PT Indopalma Wahana Hutama.
Sastrosayono, Selardi. 2008. Budi Daya Kelapa Sawit. Jakarta: PT Agromedia Pustaka.
Sunarko. 2008. Petunjuk Praktis Budi Daya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Jakarta: PT Agromedia Pustaka.
Www.kompas.com diakses pada tanggal 30 Oktober 2008.
Www.riaupos.com diakses pada tanggal 23 Oktober 2008.
Www.sawitwatch.or.id diakses pada tanggal 23 Oktober 2008.
Www.walhi.or.id diakses pada tanggal 23 Oktober 2008.
Www.wordpress.com diakses pada tanggal 30 Oktober 2008.

»»  READMORE...

Sabtu, 14 Juli 2012

ANTISIPASI BAHAYA PERUBAHAN LINGKUNGAN DENGAN MELAKUKAN AMDAL

BAB I
PENDAHULUAN

Lingkungan hidup merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk ditelaah sebelum suatu investasi atau usaha dijalankan. Sudah barang tentu telaah yang dilakukan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan jika suatu investasi jadi dilakukan, baik dampak negatif maupun yang berdampak positif.
Dampak yang timbul ada yang langsung mempengaruhi pada saat kegiatan usaha/proyek dilakukan sekarang atau baru terlihat beberapa waktu kemudian di masa yang akan datang. Dampak lingkungan hidup yang terjadi adalah berubahnya suatu lingkungan dari bentuk aslinya seperti perubahan fisik kimia, biologi atau sosial. Perubahan lingkungan ini jika tidak diantisipasi dari awal akan merusak tatanan yang sudah ada, baik terhadap fauna, flora maupun manusia itu sendiri.
Oleh karena itu sebelum suatu usaha atau proyek dijalankan, maka sebaiknya dilakukan terlebih dulu studi tentang dampak lingkungan yang bakal timbul, baik dampak sekarang maupun di masa yang akan datang. Studi ini di samping untuk mengetahui dampak yang bakal timbul, juga mencarikan jalan keluar untuk mengatasi dampak tersebut. Studi inilah yang dikenal dengan nama Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).
Pengutamaan telaah AMDAL secara khusus adalah meliputi dampak lingkungan di sekitarnya, baik di dalam maupun di luar suatu usaha atau proyek, yang akan dijalankan. Arti keberadaan suatu usaha atau proyek akan mempengaruhi kegiatan-kegiatan yang berada di sekitar rencana lokasi, baik dampak rencana usaha dan atau kegiatan terhadap kegiatan-¬kegiatan yang sudah ada.
Dewasa ini penelitian terhadap AMDAL suatu usaha sebelum dijalankan sangat penting. Masyarakat semakin sadar akan pentingnya lingkungan yang sehat, baik terhadap manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Pada akhirnya jika aspek lingkungan dinyatakan tidak layak untuk dijalankan, maka sebaiknya dibatalkan karena akan memperoleh kerugian lebih besar dari pada manfaatnya.
Bahkan analisis mengenai dampak lingkungan hidup sudah merupakan bagian kegiatan studi kelayakan rencana usaha dan kegiatan yang harus dijalankan. Hasil studi kelayakan ini nantinya akan sangat berguna untuk para perencana, serta juga bagi pengambilan keputusan.
Pengertian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) menurut PP Nomor 27 tahun 1999 pasal 1 adalah telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak besar dan penting suatu rencana usaha dan kegiatan. Arti lain analisis dampak lingkungan adalah teknik untuk menganalisis apakah proyek yang akan dijalankan akan mencemarkan lingkungan atau tidak dan jika ya, maka diberikan jalan alternatif pencegahannya.

BAB II
PEMBAHASAN
AMDAL merupakan salah satu bagian dari aspek studi kelayakan bisnis. Artinya untuk melakukan suatu kegiatan usaha atau bisnis atau proyek, studi mengenai AMDAL merupakan salah satu syarat kelayakan usaha tersebut. Perlunya dilakukan studi AMDAL sebelum usaha dilakukan mengingat kegiatan-kegiatan investasi pada umumnya akan mengubah lingkungan hidup. Oleh karena itu, menjadi penting untuk memperhatikan komponen-komponen lingkungan hidup sebelum investasi dilakukan.
Adapun komponen lingkungan hidup yang harus diper¬tahankan dan dijaga serta dilestarikan fungsinya, antara lain:
1. Hutan lindung, Hutan Konservasi, dan cagar biosfer
2. Sumber daya alam
3. Keanekaragaman hayati
4. Kualitas udara
5. Warisan alam dan warisan budaya
6. Kenyamanan lingkungan hidup
7. Nilai-nilai budaya yang berorientasi selaras dengan lingkungan hidup
Kemudian komponen lingkungan hidup yang akan berubah secara mendasar dan penting bagi masyarakat di sekitar suatu rencana usaha dan atau kegiatan, seperti antara lain:
1. Kepemilikan dan penguasaan lahan.
2. Kesempatan kerja dan usaha.
3. Taraf hidup masyarakat.
4. Kesehatan masyarakat.
Dengan adanya kegiatan investasi atau usaha, maka komponen lingkungan hidup di atas secara otomatis akan berubah dengan menimbulkan berbagai dampak terutama dampak negatif yang sangat tidak diinginkan. Berikut ini dampak negatif yang mungkin akan timbul, jika tidak dilakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) secara baik dan benar adalah sebagai berikut :
1. Terhadap Tanah dan Kehutanan
a. Menjadi tidak subur, gersang atau tandus, sehingga sangat merugikan sektor pertanian dan kehutanan.
b. Berkurang jumlahnya, apabila terjadi pengerukan atau bahkan hilang, seperti untuk sektor pertambangan, yang pada akhirnya akan berbentuk danau-danau kecil.
c. Terjadi erosi atau bahkan banjir apabila hutan yang ada di sekitar proyek ditebang secara tidak teratur.
d. Tailing bekas pembuangan hasil pertambangan akan merusak aliran sungai berikut hewan dan tanaman disekitarnya.
e. Pembabatan hutan yang tidak terencana akan merusak lingkungan secara keseluruhan dan rusaknya hutan sebagai sumber resapan air.
f. Punahnya keanekaragaman hayati, baik fauna maupun flora, akibat rusaknya hutan alam dan aliran sungai yang terkena dampak dengan adanya proyek/usaha.
2. Terhadap Air
a. Berubah warna, dari yang semula bening dan jernih menjadi kuning, hitam atau coklat, sehingga tidak dapat dipergunakan lagi untuk keperluan seperti air minum, mencuci dan keperluan lainnya.
b. Berubah rasa, dalam arti bahwa mungkin warnanya tidak berubah, akan tetapi rasanya menjadi berubah, sehingga berbahaya untuk dijadikan air minum, karena mungkin mengandung zat-zat yang beracun.
c. Berbau busuk atau menyengat, sehingga sangat meng¬ganggu lingkungan disekitarnya.
d. Mengering, hal ini disebabkan proyek yang dijalankan menggunakan air sungai atau air tanah yang berlebihan, akibatnya air di sekitar lokasi menjadi berkurang.
e. Matinya binatang air dan tanaman di sekitar lokasi akibat dari air berubah warna dan rasa.
f. Menimbulkan berbagai penyakit akibat pencemaran terhadap air bila dikonsumsi atau digunakan untuk berbagai keperluan.
3. Terhadap Udara
a. Udara di sekitar lokasi menjadi berdebu, untuk proyek-¬proyek tertentu, seperti proyek batu kapur atau semen, sehingga udara di sekitarnya menjadi tidak sehat.
b. Dapat menimbulkan radiasi-radiasi yang tidak dapat di¬lihat oleh mata, seperti proyek bahan kimia.
c. Untuk proyek tertentu dapat menimbulkan suara yang bising, seperti proyek perbengkelan.
d. Menimbulkan aroma yang tidak sedap seperti berbau tajam, menyengat, busuk, seperti usaha peternakan atau industri makanan.
e. Dapat menimbulkan suhu udara menjadi panas, akibat dari pada keluaran industri tertentu.
4. Terhadap Manusia
a. Akan menimbulkan berbagai penyakit terhadap:
- Karyawan perusahaan yang bersangkutan
- Masyarakat sekitar lokasi proyek
b. Berubahnya budaya dan perilaku masyarakat sekitar lokasi, akibat berubahnya struktur penduduk.
c. Rusaknya adat istiadat masyarakat setempat, seiring dengan perubahan perkembangan di daerah tersebut.
Dampak yang akan timbul, seperti di atas perlu dicarikan alternatif penyelesaiannya. Penyelesaiannya ini harus dipenuhi atau dilengkapi oleh perusahaan yang dinilai kurang layak. Adapun alternatif penyelesaiannya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Terhadap Tanah
a. Melakukan rehabilitasi terhadap lahan kritis melalui penghijauan (reboisasi) untuk menghindari dampak banjir, longsor atau mengatasi tanah gersang.
b. Melakukan pengurukan atau penimbunan terhadap berbagai penggalian yang menyebabkan tanah menjadi berlubang-lubang.
2. Terhadap Air
a. Memasang filter/saringan air, sehingga air yang keluar dari pembuangan sudah bersih dan sehat tentunya.
b. Membuat saluran pembuangan yang teratur ke daerah tertentu sehingga tidak menganggu aktifitas masyarakat.
c. Memberikan semacam obat untuk menetralisir air yang tercemar, seperti bahan-bahan kimia yang dapat mematikan makhluk yang mengkonsumsi atau hidup di dalam air tersebut.
3. Terhadap Udara
a. Memasang filter/saringan udara untuk menghindari asap dan debu atau sumber polusi lainnya.
b. Memasang alat kedap suara untuk menghindari suara yang bising.
4. Terhadap Karyawan
a. Menggunakan peralatan pengaman seperti masker, baju kerja yang aman atau alat pengamanan lainnya.
b. Diberikan asuransi jiwa dan kesehatan kepada setiap pekerja yang terlibat dalam perusahaan tersebut.
5. Terhadap Masyarakat Sekitarnya
a. Menyediakan tempat kesehatan secara gratis kepada masyarakat.
b. Memindahkan masyarakat ke lokasi yang lebih aman, dengan penggantian yang wajar, jika diperkirakan kondisi proyek benar-benar membahayakan kesehatan.

Tujuan Dan Kegunaan Studi Amdal
Tujuan AMDAL adalah menduga kemungkinan terjadinya dampak dari suatu rencana usaha dan atau kegiatan. Untuk men¬capai tujuan ini penyusunan AMDAL harus didasarkan atau sesuai dengan pedoman penyusunan studi AMDAL.
Hal-hal yang harus dilakukan dalam rangka mencapai tujuan studi AMDAL adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi semua rencana usaha dan atau kegiatan yang akan dilaksanakan terutama yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup.
b. Mengidentifikasi komponen-komponen lingkungan hidup yang akan terkena dampak besar dan penting.
c. Memperkirakan dan mengevaluasi rencana usaha dan atau kegiatan usaha yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup.
Sedangkan kegunaan dilaksanakannya studi AMDAL adalah:
1. Sebagai bahan bagi perencana dan pengelola usaha dan pembangunan wilayah.
2. Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari rencana usaha dan atau kegiatan.
3. Memberi masukan untuk penyusunan desain rinci teknis dari rencana usaha dan atau kegiatan.
4. Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup dari rencana usaha dan atau kegiatan.
5. Memberi informsi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana usaha dan atau kegiatan.
Berikut ini beberapa contoh komponen lingkungan hidup yang dapat dipilih untuk ditelaah sesuai hasil pelingkupan dalam AMDAL. Penyusun dapat menelaah komponen lingkungan hidup yang lain di luar dari daftar contoh komponen ini, bila dianggap penting berdasarkan hasil penilaian lapangan dalam studi AMDAL ini.
Komponen fisik kimia yang penting untuk ditelaah diantaranya:
1. Iklim, Kualitas Udara dan Kebisingan
a. Komponen iklim meliputi tipe iklim, suhu (maksimum, minimum, rata-rata), kelembaban curah hujan dan jumlah hari hujan, keadaan angin (arah dan kecepatan), serta intensitas radiasi matahari.
b. Data periodik bencana (siklus tahunan, lima tahunan dan sebagainya) seperti sering terjadi angin ribut, banjir bandang di wilayah studi rencana usaha dan atau kegiatan.
c. Data yang tersedia dari stasiun meteorologi dan geofisika yang mewakili wilayah studi tersebut.
d. Pola iklim mikro pola penyebaran bahan pencemar udara secara umum maupun pada kondisi cuaca terburuk.
e. Kualitas udara baik pada sumber maupun daerah sekitar wilayah studi rencana usaha dan atau kegiatan.
f. Sumber kebisingan dan getaran, tingkat kebisingan serta periode kejadiannya.
2. Fisiografi
a. Topografi bentuk lahan (morphology) struktur geologi dan jenis tanah.
b. Indikator lingkungan hidup yang berhubungan dengan stabilitas tanah, terutama ditekankan bila terjadi gejala ketidakstabilan dan harus diuraikan dengan jelas dan seksama (misal: longsor tanah, gempa, kegiatan-kegiatan vulkanis dan sebagainya).
c. Keunikan, keistimewaan dan kerawanan bentuk bentuk lahan dan batuan secara geologis.
3. Hidrologi
a. Karakteristik fisik sungai, danau dan rawa (rawa pasang surut dan rawa air tawar).
b. Rata-rata debit dekade, bulan, tahunan atau lainnya.
c. Kadar sedimentasi (lumpur) tingkat erosi.
d. Kondisi fisik daerah resapan air, permukaan dan air tanah.
e. Fluktuasi, potensi dan kualitas air tanah (dangkal dan dalam).
f. Tingkat penyediaan dan kebutuhan pemanfaatan air untuk minum, mandi dan cuci atau kebutuhan lainnya.
g. Tingkat penyediaan dan kebutuhan pemanfaatan air untuk keperluan lainnya seperti pertanian, industri dan lain-lain.
h. Kualitas fisik kimia dan mikrobiologi air mengacu pada mutu dan parameter kualitas air yang terkait dengan limbah yang akan keluar.

4. Hidrooseanografi
Pola hidrodinamika kelautan seperti:
a. Pasang surut
b. Arus dan gelombang/ombak serta morfologi pantai
c. Abrasi dan akresi serta pola sedimentasi yang terjadi secara alami di daerah penelitian
5. Ruang, lahan dan tanah
a. Inventarisasi tata guna lahan dan sumber daya lainnya pada saat rencana usaha dan atau kegiatan yang diajukan dan kemungkinan potensi pengembangan di masa datang.
b. Rencana pengembangan wilayah rencana tata ruang (kawasan budi daya seperti pertanian, perkebunan, hutan, perikanan dan lain-lain, serta kawasan non-budidaya seperti hutan lindung, suaka margasatwa, taman nasional dan lain-lain). Rencana tata guna tanah dan sumber daya alam lainnya yang secara resmi atau belum resmi disusun oleh pemerintah setempat, baik di tingkat kabupaten, propinsi atau nasional di wilayah studi rencana usaha dan atau kegiatan.
c. Kemungkinan adanya konflik atau pembatasan yang timbul antara rencana tata guna tanah dan sumber daya alam lainnya yang sekarang berlaku dengan adanya pemilikan atau penentuan lokasi bagi rencana usaha dan atau kegiatan.
d. Inventarisasi estetika dan keindahan bentang alam serta daerah rekreasi yang ada di wilayah studi rencana usaha dan atau kegiatan.

BAB III
KESIMPULAN

AMDAL merupakan salah satu bagian dari aspek studi kelayakan bisnis. Artinya untuk melakukan suatu kegiatan usaha atau bisnis atau proyek, studi mengenai AMDAL merupakan salah satu syarat kelayakan usaha tersebut. Perlunya dilakukan studi AMDAL sebelum usaha dilakukan mengingat kegiatan-kegiatan investasi pada umumnya akan mengubah lingkungan hidup. Ketika akan membuka sebuah proyek maka harus memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, jangan sampai proyek tersebut dapat merusak lingkungan.
Adapun komponen lingkungan hidup yang harus diper¬tahankan dan dijaga serta dilestarikan fungsinya, antara lain:
1. Hutan lindung, Hutan Konservasi, dan cagar biosfer
2. Sumber daya alam
3. Keanekaragaman hayati
4. Kualitas udara
5. Warisan alam dan warisan budaya
6. Kenyamanan lingkungan hidup
7. Nilai-nilai budaya yang berorientasi selaras dengan lingkungan hidup

DAFTAR PUSTAKA

Kasmir dan Jakfar. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : Kencana. 2004.
K. Bertens. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta : Kanisius. 2000..

»»  READMORE...

Jumat, 06 Juli 2012

FAKTOR PENYEBAB PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pada umumnya narkoba merupakan ancaman bagi kaum remaja. Karena remaja berusia 14-17 tahun sedang mengalami perkembangan fisik, psikologi maupun sosial yang pesat yang dapat merupakan pencetus remaja mencoba, menggunakan bahkan kecanduan narkoba. Pertumbuhan fisik yang cepat membentuk ciri utama yaitu mereka merasa sudah bukan anak kecil lagi namun sesungguhnya mereka belum dewasa baik secara mental, emosional maupun spiritual.
Mereka sangat ingin tampil layaknya orang dewasa bahkan ingin memperoleh identitas pribadi. Namun pada kenyataannya mereka mudah ikut trend dan terbawa teman dalam pergaulan sehari-hari. Apalagi bila orangtua terlalu menuntut tanggung jawabnya sebagai orang yang dewasa maka dapat menimbulkan kecemasan dan kebingungan dalam diri mereka. Kemampuan intelektual yang berkembang pesat menimbulkan rasa ingin tahu mereka yang besar sekali termasuk ingin mencoba-coba narkoba. Misalnya merokok dan menghisap ganja. Pada umumnya merokok dan minum alkohol dipandang sebagai lambing kedewasaan. Keinginan mengurangi ikatan secara emosional dengan orangtua membuat remaja sering berbohong terutama jika sedang menghadapi kesulitan (personal fable). Bila faktor pengawasan orangtua amat berkurang maka gerak-gerik mereka kurang terawasi dengan baik.
Dalam menghadapi perubahan sosial khususnya dalam upaya melonggarkan ikatan orang tua, remaja kerap membutuhkan teman sebaya, termasuk lawan jenisnya. Remaja sangat bangga jika berkelompok walaupun ada aturan atau norma yang tidak baik yang sulit ditolaknya. Namun, walaupun berkelompok mereka belum memiliki mental yang kuat untuk menghadapi tekanan persaingan dan monotonnya kehidupan sehari-hari. Narkoba terlihat sangat menarik, menyenangkan dan seolah-olah menjadi jalan pintas untuk melarikan diri dari keadaan stress dan kebosanan sehari-hari. Alkohol dan ganja tidak hanya digunakan untuk rekreasi akhir pekan namun juga dipakai sepanjang pekan. Begitu pula dengan shabu atau metamphetamine dan heroin sudah jadi akrab dan terkenal di kalangan remaja.

Remaja yang banyak mengonsumsi narkoba sangat memprihatinkan karena selain merusak masa depan, juga berdampak pada proses belajar dan tidak fokus dalam belajar di sekolah. Salah satu cara menyikap masalah itu menurutnya dengan meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mempunyai benteng diri yang kuat. Selain itu penuh kesadaran diri remaja yang bersangkutan sehingga lambat laun kebiasaan buruk itu dapat diantisipasi semaksimal mungkin.

B. Pokok Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja dampak yang dapat ditimbulkan oleh penyalahgunaan narkoba ?
2. Apa faktor-faktor yang dapat menyebabkan remaja melakukan penyalahgunaan narkoba ?
3. Bagaimana cara melakukan pencegahan terhadap penyalahgunaan narkoba pada remaja ?


BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Narkoba
Narkotika berasal dari bahasa Yunani yaitu Narkoun yang berarti membuat lumpuh atau mati rasa. Menurut Undang-undang RI No. 22/1997 ditetapkan sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik buatan maupun semi buatan yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, mengurangi sampai menghilangkan nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan atau kecanduan. Undang-Undang ini memberi batasan penyalahgunaan narkotika adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa sepengetahuan dan pengawasan dokter. Dalam pasal 45 dinyatakan bahwa pecandu narkotika wajib menjalankan pengobatan dan atau perawatan.
Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya yang telah populer beredar di masyarakat perkotaan maupun di pedesaan, termasuk bagi aparat hukum. Sebenarnya dahulu kala masyarakat juga mengenal istilah madat sebagai sebutan untuk candu atau opium, suatu golongan narkotika yang berasal dari getah kuncup bunga tanaman Poppy yang banyak tumbuh di sekitar Thailand, Myanmar dan Laos (The Golden Triangle) maupun di Pakistan dan Afganistan. Selain Narkoba, istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan RI adalah NAPZA yaitu singkatan dari Narkotika, Pasikotropika dan Zat adiktif lainnya. Semua istilah ini sebenarnya mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai risiko yang oleh masyarakat disebut berbahaya yaitu kecanduan (adiksi).
Sebenarnya narkotika yang digunakan sebagai terapi nyeri dalam dunia kedokteran tidak banyak menimbulkan masalah namun penyalahgunaannya selalu membawa persoalan serius karena di samping merusak kesehatan juga berdampak kerugian ekonomi serta menimbulkan masalah sosial dan moral.
B. Penggolongan Narkoba
Narkoba dapat dibagi ke dalam beberapa golongan yaitu sebagai berikut:
1. Narkotika yaitu zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997, narkotika dibagi menurut potensi yang menyebabkan ketergantungannya adalah sebagai berikut:
a). Narkotika golongan I, yaitu berpotensi sangat tinggi menyebabkan ketergantungan, tidak digunakan untuk terapi (pengobatan). Contoh: heroin, kokain, dan ganja. Putauw adalah heroin tidak murni berupa bubuk.
b). Narkotika golongan II, yaitu berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan. Digunakan pada terapi sebagai pilihan terakhir. Contoh: morfin, petidin, dan metadon.
c). Narkotika golongan III, yaitu berpotensi ringan menyebabkan ketergantungan dan banyak digunakan dalam terapi. Contoh: kodein.
2. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat dan menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika dibagi menurut potensi yang dapat menyebabkan ketergantungan yaitu sebagai berikut:
a). Psikotropika golongan I, sangat kuat menyebabkan ketergantungan dan tidak digunakan dalam terapi. Contoh: MDMA (ekstasi), LSD, dan STP.
b). Psikotropika golongan II, kuat menyebabkan ketergantungan, digunakan sangat terbatas pada terapi. Contoh: amfetamin, metamfetamin (sabu), fensiklidin, dan ritalin.
c). Psikotropika golongan III, potensi sedang menyebabkan ketergantungan, banyak digunakan dalam terapi. Contoh: pentobarbital dan flunitrazepam.
d). Psikotropika golongan IV, potensi ringan menyebabkan ketergantungan dan sangat luas digunakan dalam terapi. Contoh: diazepam, klobazam, fenobarbital, barbital, klorazepam, klordiazepoxide, dan nitrazepam (Nipam, pil BK/Koplo, DUM, MG, Lexo, Rohyp, dan lain-lain).
3. Zat Adiktif Lain adalah zat/bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan. Yang sering disalahgunakan adalah sebagai berikut:
a). Alkohol, terdapat pada berbagai jenis minuman keras.
b). Inhalansia/solven, yaitu gas atau zat yang mudah menguap yang terdapat pada berbagai keperluan pabrik, kantor, dan rumah tangga.
c). Nikotin, terdapat pada tembakau.
d). Kafein pada kopi, minuman penambah energi dan obat sakit kepada tertentu.
C. Dampak Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba yang dilakukan tidak untuk maksud pengobatan, tetapi karena ingin menikmati pengaruhnya, dalam jumlah berlebih yang secara kurang teratur, dan berlangsung cukup lama, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, mental, dan kehidupan sosialnya. Penyalahgunaan narkoba merupakan perilaku manusia, bukan semata-mata masalah zat atau narkoba itu sendiri. Sebagai masalah perilaku, banyak variabel yang mempengaruhinya.
Para pecandu narkoba, ibaratnya hidup dalam lingkaran setan. Dalam waktu singkat, mereka akan kehilangan kendali dan terjebak dalam tuntutan yang terus-mendesak, istilahnya "Craving" atau ketagihan. Setiap kali, dosisnya harus ditambah agar kebutuhan akan perasaan bahagia, seolah berada di awang-awang dan penuh fantasi, tetap terpenuhi. Akibatnya tentu fatal. Mula-mula pecandu akan mengalami kesulitan sosial, keuangan, dan kesehatan. Jika kebutuhan narkoba terus meningkat, mereka bisa meninggal dunia karena over dosis (OD).
Narkoba selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak pada kehidupan sosial ekonomi individu, keluarga, masyarakat, bahkan negara. Gagal dalam studi, gagal dalam pekerjaan, kematian, kriminalitas, seks bebas yang berujung pada penyakit HIV/AIDS, gangguan fungsi atau penyakit pada organ-organ tubuh, seperti otak, hati, jantung, paru-paru, ginjal, gangguan psikologis meliputi cemas, sulit tidur, depresi, paranoid (perasaan seperti orang lain mengejar) adalah sebagian dari masalah yang muncul dari penyalahgunaan narkoba. Masalah yang jauh lebih besar dari semua itu adalah hancurnya generasi muda sebagai penerus perjuangan dan pembangunan, karena penyalahgunaan narkoba saat ini banyak dilakukan oleh mereka yang berusia muda.

D. Faktor-Faktor Penyebab Remaja Melakukan Penyalahgunaan Narkoba
Narkoba merupakan musuh nomor satu bagi para remaja. Namun, para remaja hingga saat ini banyak yang belum tahu mengenai narkoba sebagai musuh utama ini. Buktinya, semakin banyak remaja terjerumus dalam rayuan maut narkoba. Ketidaktahuan remaja tentang bahaya narkoba memang menjadi tugas berat bagi orangtua dan guru untuk menerangkannya. Apalagi narkoba sekarang sangat mudah didapat dan bandarnyapun memang selalu menempel pada dunia remaja.
Faktor yang menyebabkan remaja melakukan penyalahgunaan narkoba adalah sebagai berikut:
1. Ajakan, bujukan dan iming-iming teman atau anggota kelompok sebaya.
2. Cenderung memiliki gangguan jiwa seperti kecemasan, obsesi (memikirkan sesuatu secara berulang-ulang), apatis, menarik diri dalam pergaulan, depresi, kurang mampu menghadapi stres, atau hiperaktif.
3. Suka berpetualang, mencari sensasi, melakukan hal-hal yang mengandung resiko bahaya yang berlebihan.
4. Ketidaktahuan akan bahaya narkoba atau tidak memikirkan akan bahaya narkoba.
5. Orang tua tidak acuh dan tidak mengadakan pengawasan terhadap anaknya
6. Tidak ada perhatian, kehangatan, kasih sayang dalam keluarga.

E. Cara-Cara Melakukan Pencegahan Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja
Generasi muda adalah generasi yang rawan sebagai penyalahguna narkoba, karena itu, pengenalan bahaya narkoba merupakan sebuah hal yang mutlak dilakukan sebagai usaha preventif. Penyalahgunaan narkoba sangat memprihatinkan, karena terutama menimpa generasi muda sehingga merugikan pembangunan bangsa. Umumnya penggunaan pertama narkoba diawali pada anak usia Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah Pertama.
Upaya pencegahan harus dilakukan sedini mungkin, yaitu mulai dari masa anak usia SD, SMP, dan SMA, sebagai upaya yang berkesinambungan. Pencegahan yang dimaksud di sini bukan semata-mata informasi mengenai bahaya narkoba, tetapi lebih menekankan pemberian keterampilan psikososial kepada anak untuk bersikap dan berperilaku positif, mengenal situasi penawaran/ajakan, dan terampil menolak tawaran atau ajakan tersebut.
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penyalahgunaan narkoba yaitu sebagai berikut:
1. Setiap orang mempunyai masalah dalam hidupnya. Hadapi dan pecahkan masalah itu, bukan dihindari, apalagi dengan melarikan diri kepada penyalahgunaan narkoba. Penyalahgunaan narkoba bukan penyelesaian masalah, tetapi memperparah masalah.
2. Jangan pernah sekalipun terpancing untuk mencoba memakai narkoba karena sekali terjebak masuk kedalamnya maka sulit untuk lepas dari jebakan itu.
3. Penciptaan lingkungan keluarga yang sehat, harmonis, komunikatif, terbuka, penuh perhatian dan kasih sayang diantara anggotanya, merupakan bagian penting dari upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba.
Pencegahan harus dilakukan sedini mungkin, agar remaja memiliki daya tangkal tinggi. Lebih baik mencegah daripada mengobati. Penanggulangan pun demikian, yaitu ketika remaja masih dalam taraf coba-coba, pemakai pemula, dan belum pecandu berat. Dalam hal ini, peran keluarga, sekolah dan masyarakat sangat penting.
Banyak hal yang perlu dan harus dilakukan untuk mencegah agar remaja jangan sampai melakukan penyalahgunaan dan menderita ketergantungan terhadap narkoba, diantaranya yaitu sebagai berikut:
1. Meningatkan dan menyadarkan para remaja akan ancaman bahaya penyalahgunaan dan pengedaran gelap narkoba terhadap diri dan keluarganya.
2. Mendorong para remaja untuk berprakarsa dan berperan dalam perang melawan penyalahgunaan dan pengedaran gelap narkoba, guna menyelamatkan generasinya dan generasi yang akan datang.
3. Setiap orang mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Temu kenali kekuatan atau potensi kamu dan kembangkan untuk perbuatan yang bermanfaat. Temu kenali pula kekurangan dan kelemahan dirimu agar dapat mengatasinya. Jangan sekali-kali mencoba menutupi kekurangan dirimu dengan melarikan diri kepada penyalahgunaan narkoba.
4. Setiap orang mempunyai masalah. Masalah adalah bagian dari kenyataan hidup. Hadapi dan atasi masalah. Jangan melarikan diri dari masalah, apalagi melarikan diri kepada penyalahgunaan narkoba. Menghadapi dan mengatasi masalah akan membuat dirimu dewasa dan piawai dalam menjalani tugas hidup. Asah dan tingkatkan kemampuan dirimu memecahkan masalah.
5. Pengenalan diri juga merupakan awal untuk membangun serta memperkuat kepercayaan diri. Kepercayaan diri dan kemampuan mengendalikan diri adalah modal utama untuk menangkal terjadinya penyimpangan perilaku, termasuk penyalahgunaan narkoba.
6. Lemahnya kepercayaan diri dan kemampuan untuk mengendalikan diri menyebabkan orang mudah terpengaruh oleh sikap dan perbuatan orang lain. Karena itu pupuk dan kembangkan rasa harga diri dan kepercayaan dirimu.
7. Kembangkan kemampuan berhubungan (berkomunikasi) dengan orang lain, mengemukakan pendapat, bertukar pikiran, mendengarkan, menghargai pendapat orang lain, termasuk dengan orang tua, teman-teman sebaya dan teman-teman sekolah, kembangkan kemampuan untuk mengatakan tidak terhadap ajakan teman yang merugikan dirimu.
8. Gunakanlah akal sehat dan hati nurani, sehingga berani mengatakan tidak terhadap ajakan, bujukan atau paksaan teman untuk melakukan penyalahgunaan narkoba. Sebaliknya, kamu harus berani dan mampu mengajak mereka kepada kehidupan sehat dan normal tanpa narkoba.
Penyakit kecanduan narkoba sering disertai episode sembuh dan kambuh, dan penyebabnya kompleks. Karena itu penyembuhan penyakit ini bukan semata-mata tidak memakai narkoba saja, namun lebih ditentukan oleh motivasi dan usaha individu memperbaiki kehidupan masa depannya. Kambuh bagi mantan pecandu adalah tantangan yang harus dihadapi sampai tercapai kehidupan yang sehat (the whole healthy person) dalam jangka waktu yang panjang.
Sugesti dan narkoba persis seperti anak kembar yang punya ikatan emosi kuat, namun sugesti adalah “musuh dalam selimut”. Kadangkala sugesti hilang namun bisa juga datang mendadak sehingga mantan pecandu tidak berdaya terutama jika suasana hatinya kacau. Karena itu, di samping tidak memakai narkoba lagi, mantan pecandu harus menjauhkan diri dari komunitas, tempat dan benda-benda yang merangsang keinginan memakai narkoba.
Mantan pecandu perlu dengan tekun dan sabar menjalin hubungan sosial dengan orang-orang yang mendukungnya. Berarti mantan pecandu harus mengubah pola pikir, emosi dan sikap untuk menekuni spiritual. Juga mereka harus kritis dan hati-hati dalam mencermati awal kekacauan pikiran dan emosi, karena hal ini sebetulnya mudah dirasakannya. Mantan pecandu harus mau jujur minta pendapat dengan orangtua atau konselor.
Demikian pula dengan orangtua. Hendaknya orangtua berusaha bijaksana, sabar, jangan panik, menyerah apalagi marah-marah jika anaknya kampuh. Masih terbuka kesempatan memperoleh kesembuhan yang lebih baik. Berilah mereka teladan dalam perilaku, bijaksana dengan keputusan maupun meminta pendapat, penuh perhatian dan peduli serta beri dukungan yang konstruktif.

BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan dari uraian dan keterangan di atas maka penulis dapat mengambil kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh penyalahgunaan narkoba yaitu berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak pada kehidupan sosial ekonomi individu, keluarga, masyarakat, bahkan negara. Gagal dalam studi, gagal dalam pekerjaan, kematian, kriminalitas, gangguan fungsi atau penyakit pada organ-organ tubuh, seperti otak, hati, jantung, paru-paru, ginjal, gangguan psikologis meliputi cemas, sulit tidur, dan depresi. Masalah yang jauh lebih besar dari semua itu adalah hancurnya generasi muda sebagai penerus perjuangan dan pembangunan, karena penyalahgunaan narkoba saat ini banyak dilakukan oleh mereka yang berusia muda.
2. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan remaja melakukan penyalahgunaan narkoba adalah dari ajakan, bujukan dan iming-iming teman atau anggota kelompok sebaya, ketidaktahuan akan bahaya narkoba atau tidak memikirkan akan bahaya narkoba dan adanya orang tua yang tidak acuh dan tidak mengadakan pengawasan terhadap anaknya.
3. Cara melakukan pencegahan terhadap penyalahgunaan narkoba pada remaja yaitu dengan menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, harmonis, komunikatif, terbuka, penuh perhatian dan kasih sayang diantara anggotanya, merupakan bagian penting dari upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba. Setiap orang mempunyai masalah dalam hidupnya. Hadapi dan pecahkan masalah itu, bukan dihindari, apalagi dengan melarikan diri kepada penyalahgunaan narkoba. Penyalahgunaan narkoba bukan penyelesaian masalah, tetapi memperparah masalah. Jangan pernah sekalipun terpancing untuk mencoba memakai narkoba karena sekali terjebak masuk kedalamnya maka sulit untuk lepas dari jebakan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Hawari. Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif). Jakarta: FKUI. 2000.
Lukitaningsih, D. Y. Narkoba Penanganan dan Pencegahannya. Semarang: Rotary Club Semarang Sentral. 2000.
Martono, Lydia Harlina dan Satya Joewana. Pencegahan Dan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Sekolah. Jakarta: Balai Pustaka. 2006.
Wresniwiro, M. Narkoba Musuh Bangsa-Bangsa. Jakarta: Mitra Bintibmas. 2005.
Yanny, Dwi. Narkoba Pencegahan dan Penanganannya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2003.

»»  READMORE...

Rabu, 04 Juli 2012

Pinocchio

Geppetto, a poor old wood carver, was making a puppet from a tree branch. "You shall be my little boy," he said to the puppet, "and I shall call you 'Pinocchio'." He worked for hours, carefully carving each detail. When he reached the mouth, the puppet started making faces at Geppetto. "Stop that, you naughty boy," Geppetto scolded, "Stop that at once !" "I won't stop !" cried Pinocchio.
"You can talk !" exclaimed Geppetto.
"Of course I can, silly," said the puppet. "You've given me a mouth to talk with." Pinocchio rose to his feet and danced on the table top. "Look what I can do !" he squealed.
"Pinocchio, this is not the time to dance," Geppetto explained. "You must get a good night's rest. Tomorrow you will start going to school with the real boys. You will learn many things, including how to behave."
On his way to school the next morning, Pinocchio stopped to see a puppet show. "I
can dance and sing better than those puppets and I don't need strings," boasted Pinocchio. He climbed onto the stage.
"Get off my stage," roared the Puppet Master. Then he noticed how much the crowd liked Pinocchio. He did not say anything and let Pinocchio stay. "Here, you've earned five copper coins," the Puppet Master told Pinocchio.
"Take these coins and go straight home," said the Puppet Master. Pinocchio put the coins into his sack.
He did not go very far before he met a lame Fox and a blind Cat. Knowing that Pinocchio had money, they pretended to be his friends. "Come with us. We'll teach you how to turn those copper pieces into gold," coaxed the sneaky Cat.
"We want to help you get rich. Plant your coins under this magic tree. In a few hours they'll turn to gold," said the Fox.
"Show me where," said Pinocchio excitedly. The Cat and Fox pointed to a patch of loose dirt. Pinocchio dug a hole and put the sack in it, marking the spot with a stone.
"Splendid !" exclaimed the Cat. "Now let's go to the inn for supper." After supper, the Fox and Cat, who weren't really lame or blind, quickly snuck away and disguised themselves as thieves. They hid by the tree waiting for Pinocchio to come back and dig up the money. After Pinocchio dug up the coins they pounced on him.
"Give us your money !" they ordered. But Pinocchio held the sack between his teeth and resisted to give the sack to them. Again they demanded, "Give us your money !"
Pinocchio's Guardian Fairy, who was dressed all in blue and had blue hair, sent her dog, Rufus, to chase the Fox and Cat away. She ordered Rufus to bring Pinocchio back to her castle. "Please sit down," she told Pinocchio. Rufus kept one eye open to watch what was going on.
"Why didn't you go to school today?" she asked Pinocchio in a sweet voice.
"I did," answered Pinocchio. Just then, his nose shot out like a tree branch. "What's happening to my nose?" he cried.
"Every time you tell a lie, your nose will grow. When you tell the truth, it will shrink," said the Blue Fairy. "Pinocchio, you can only become a real boy if you learn how to be brave, honest and generous."


The Blue Fairy told Pinocchio to go home and not to stop for any reason. Pinocchio tried to remember what the Blue Fairy told him.
On the way to home he met some boys. "Come with us," said the boys. "We know a wonderful place filled with games, giant cakes, pretty candies, and circuses." The boys didn't know that if you were bad, you were turned into donkeys and trained for the circus.
It was not very long before the boys began changing into donkeys. "That's what happens to bad boys," snarled the Circus Master as he made Pinocchio jump through a hoop.
Pinocchio could only grow a donkey's ears, feet, and tail, because he was made of wood. The Circus Master couldn't sell him to any circus. He threw Pinocchio into the sea. The instant Pinocchio hit the water, the donkey tail fell off and his own ears and feet came back. He swam for a very long time. Just when he couldn't swim any longer, he was swallowed by a great whale. "It's dark here," scared Pinocchio said.
Pinocchio kept floating deep into the whale's stomach. "Who's there by the light?" called Pinocchio, his voice echoing.
"Pinocchio, is that you?" asked a tired voice.
"Father, you're alive !" Pinocchio shouted with joy. He wasn't scared anymore. Pinocchio helped Geppetto build a big raft that would hold both of them. When the raft was finished, Pinocchio tickled the whale. "Hold tight, Father. When he sneezes, he'll blow us out of here !" cried Pinocchio.
Home at last, Geppetto tucked Pinocchio into his bed. "Pinocchio, today you were brave, honest and generous," Geppetto said. "You are my son and I love you."
Pinocchio remembered what the Blue Fairy told him. "Father, now that I've proven myself, I'm waiting for something to happen," he whispered as he drifted off to sleep.
The next morning Pinocchio came running down the steps, jumping and waving his arms. I He ran to Geppetto shouting, "Look Father, I'm a real boy !"

»»  READMORE...

Senin, 02 Juli 2012

WRITING NARRATIVE


Definition
Generally, writing about an event in a personal way. Narrative writing is a style of writing in which a story is told from a particular point of view. It is generally fictional prose, though there are some narrative poems. Essentially, a narrative tells a story. In this respect it differs from, say, introsepctive writing. Writing that tells a story.Narrative writing, be it any type or genre, always follows a specific structure.
The five elements that form this structure are:
1. Setting - When and where the story takes place
2. Characters - Main character (protagonist) and other important people in the story
3. Problem - What challenge does the main character face
4. Events - How the protagonist tries solving the problem
5. Resolution - How is the problem ultimately solved
The general characteristics of writing narrative include:
• Plot - a literary term for the events a story comprises, particularly as they relate to one another in some type of pattern, a progression or a sequence, through cause and effect, or by coincidence.
The structure of the plot includes the introduction, some type of rising action, a climax, then the falling action, followed by the resolution.
• Conflict - is an opposition of people, forces, or other entities. When thinking about conflict, it's important to be clear about how the character deals with conflicts, by focusing on the contradictory emotions within a person that make them behave the way they do.
• Characterization - is the process of passing on information about characters in narrative or dramatic works of art. Characters may be presented by means of description through their actions, speech, or thoughts.
• Setting - is where the story takes place and is an important part of telling a story. The setting gives the story distinctiveness and is as important as the characters.
• Theme - is the unifying subject or idea of a story. It is the main idea, moral, or message, whether it be about ones life, or society in general.
Themes usually explore timeless and universal ideas and are almost always implied rather than stated explicitly. Along with plot, character, setting, and style, theme is considered one of the fundamental components of fiction.
• Point of View - focuses on who it telling the story. There are the views of the first person, second person and third person as well as the alternating person view.
While the general rule for novels is to adopt a single approach to point of view throughout the story, there are exceptions. Many stories, especially in literature, alternate between the first and third person. In this case, an author will move back and forth between a more "all knowing" third-person narrator to a more personal first-person narrator.
• Sequencing - a symbolic linear depiction known as a sequence or time line on how things and events unfold in a story. On occasion, novels will have flashbacks or flash forwards that disrupt the normal sequencing of a storyline.
• Transitions - a process or period in which the story undergoes a change and passes from one stage, action or activity to another.
I love to write fiction and am often asked how to get better at narrative writing and my answer is always the same.
By taking online creative writing courses, you become more accountable and creative writing ideas become a part of your day. These classes also offer creative writing tips that will do wonders for you as you set your writing goals.

Purpose
The basic purpose of narrative is to entertain, to gain and hold a readers’ interest. However narratives can also be written to teach or inform, to change attitudes / social opinions eg soap operas and television dramas that are used to raise topical issues. Narratives sequence people/characters in time and place but differ from recounts in that through the sequencing, the stories set up one or more problems, which must eventually find a way to be resolved.
Conclusion
Narrative writing is style of writing. most of that tell about story, fiction, short stories, etc. It has purpose amuse to gain and hold a readers’ interest.

Useful Source
http://www.buzzle.com/articles/narrative-writing.html
http://www.freelance-writing-success.com/narrativewriting.html
»»  READMORE...

Sabtu, 30 Juni 2012

Hadits Hasan

Pengertian Hadits Hasan
Hasan menurut bahasa berarti :
ما تشتهيه النفس و تميل اليه
Artinya : sesuatu yang disenangi dan dicondongi oleh nafsu, ada yang mengatakan hasan adalah sifat musyabbah yang berarti al-Jamal, yaitu indah dan bagus Sedangkan Hasan menurut istilah, para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikannya. Perbedaan pendapat ini disebabkan karena ada sebagian yang menggolongkan hadis hasan sebagai hadis yang menduduki posisi di antara hadis shohih dan hadis dho’if , tetapi ada juga yang memasukkannya sebagai bagian dari hadis dho’if yang dapat dijadikan hujjah. Namun yang lebih kuat sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibnu Hajar al-Asqalani dalam an-Nukhbah, yaitu khabar ahad yang diriwayatkan oleh orang yang adil, sempurna kedhabithannya, bersambung sanadnya, tidak ber’illat, dan tidak ada syadz dinamakan shohih lidzatih, jika kurang sedikit kedhabithannya disebut hasan lidzatih. Menurut Khatabi Hadits Hasan adalah hadits yang makhrojnya (sumber-sumber) diketahui dan rijalnya (perawi) masyhur, ia merupakan pokok dari hadits-hadits, ia juga diterima dikalangan para ulama’ serta banyak digunakan oleh para ahli fiqh”.
Dengan kata lain Hadis hasan ialah hadis yang sanadnya bersambung oleh penukil yang adil namun tidak terlalu kuat ingatannya dan terhindar dari keganjilan serta penyakit. Untuk menghilangkan keraguan antara hadis shohih dan hasan yang paling penting adalah batasan bahwa keadilan pada hadis hasan disandang oleh orang yang tidak begitu kuat ingatannya, sedang pada hadis shohih melekat pada rawi yang benar-benar kuat ingatannya. Tetapi keduanya bebas dari keganjilan dan penyakit keduanya bisa digunakkan sebagai hujjah dan kandungannya dapat dijadikan penguat.
Kriteria hadis hasan hampir sama dengan kriteria hadis shohih. Perbedaannya hanya terletak pada sisi kedhabithannya. Hadis shohih kedhabithan seluruh perawinya harus tamm (sempurna), sedang dalam hadis hasan kurang sedikit kedhabithannya jika dibandingkan dengan hadis shohih. Tetapi jika dibandingkan dengan kedhabithan perawi hadis dho’if tentu belum seimbang, hadis hasan lebih unggul. Menurut perkataan Syaikh Islam Tirmidzi telah membedakan antara hadis Shohih dan hadis Hasan dalam dua hal, yaitu:
1. Bahwa derajat perawi hadis hasan haruslah berada dibawah derajat perawi hadits Shohih.tetapi pada perawi hasan lidzatihi tidak boleh tertuduh atas kebohongan, mastur, majhul dll, dan perawi Shohih haruslah seorang terpercaya (tsiqoh) dan perawi hasan lidzatihi harus mempunyai sifat Dzobd (tepat) tetapi itu saja tidak cukup harus tidak tertuduh atas kebohongan.
2. Jalur perawi tidak hanya satu, seperti halnya yang diungkapkan oleh Tirmidzi dalam masalah ‘ilal dalam bukunya.
Naiknya hadits hasan ke derajat shohih bila suatu hadis hasan diriwayatkan dari jalur lain, maka ia menjadi kuat dan naik dari derajat hasan menuju derajat shohih. Karena perawi hadits hasan berada di bawah derajat perawi yang sempurna hafalannya, namun tetap berstatus adil. Sisi kekurangan daya hafal yang dikhawatirkan telah sirna dengan adanya jalur lain atau jalur-jalur lain yang menyumbat kekurangan itu dan naik dari hasan ke shohih.
Hadis shohih memiliki beberapa tingkat, para ulama telah berusaha untuk menjelaskan Ashahhul Asanid. Demikian pula dengan hadits hasan. Imam adz-Dzahaby mengatakan :”tingkat hasan tertinggi adalah riwayat Bahz ibn Hukaim dari ayahnya dari kakeknya, Amr ibn Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, Ibn Ishaq dari at-Taimiy dan sanad sejenis yang menurut sebagian ulama dikatakan sebagai sanad shohih, yakni menurupakan derajat shohih terendah. Kemudian sanad yang diperselisihkan antara hasan dan dho’ifnya, seperti riwayat al-Harits ibn Abdillah, ‘Ashim ibn Dhamrah, Hajjaj ibn Arthat dan lain-lainnya”.

»»  READMORE...

Manfaatkan Berbagai Kemudahan Layanan Bersama BCA

BCA merupakan salah satu bank swasta terbesar, terdepan, dan terpercaya memperoleh pengakuan dari berbagai pihak, terutama nasabah setianya. Dengan kedewasaan, kematangan, dan kestabilan ini BCA akan terus melangkah menjadi lebih baik dan lebih maju lagi. Produk-produk yang dikeluarkan oleh BCA berguna untuk rencana masa depan keluarga nasabah, BCA juga selalu berupaya untuk memberikan layanan dan solusi terbaik bagi nasabah sesuai dengan layanan dan produk perbankan yang dibutuhkan oleh nasabah. Dengan memiliki pengalaman yang relatif panjang, BCA berupaya semakin tangguh dalam menghadapi segala tantangan dan juga semakin banyak memberikan kemudahan bagi nasabahnya. Layanan yang diberikan BCA dapat memberikan solusi perbankan terhadap berbagai masalah yang dihadapi oleh para nasabah.

Berbelanja menjadi kegiatan yang semakin menyenangkan, Kartu Paspor BCA menawarkan kemudahan berbelanja bagi nasabah tabungan. Selain berfungsi sebagai kartu ATM, Kartu Paspor BCA berfungsi juga sebagai kartu Debit BCA . Dengan Kartu Paspor BCA , transaksi pembayaran menjadi praktis, mudah, dan aman di puluhan ribu merchant bertanda Debit BCA di seluruh Indonesia. Kartu Paspor BCA merupakan alat pembayaran yang praktis. Hanya dengan kartu plastik tipis, Kartu Paspor BCA memberikan begitu besar manfaatnya, kita tidak perlu penat mengantri di ATM untuk mengambil uang tunai sebelum berbelanja karena kartu Paspor BCA dapat langsung digunakan untuk berbelanja. Kita hanya menyerahkan kartu Paspor BCA kepada petugas kasir dan petugas tersebut akan mendebit sejumlah uang yang dibelanjakan dari rekening Tahapan BCA kita.
Dengan mengunakan kartu Paspor BCA , nasabah dapat mengerem perilaku berbelanja yang cenderung berlebihan mengingat uang tersebut diambil dari tabungan nasabah sendiri, dan juga menghindari korban kriminalitas dengan tidak perlu membawa uang tunai cukup banyak di dalam dompet atau tas.
Kartu Paspor BCA sebagai alat pembayaran non tunai memang bukan barang baru. Mulai dari pusat perbelanjaan, pasar swalayan, pusat grosir, restoran, apotik, rumah sakit hingga jasa layanan masyarakat lain, sudah terbiasa menerima kartu Paspor BCA sebagai alat pembayaran.
Di bisnis perbankan nasional, kartu Paspor BCA masih menjadi yang terbaik, nasabah tidak perlu lagi ke ATM bila sehabis berbelanja dan butuh uang tunai sekedarnya untuk membayar ongkos taksi ataupun keperluan lainnnya. Hal itu dimungkinkan tak lain karena teknologi yang dikembangkan BCA selalu selangkah lebih maju.

Tak hanya itu, kemudahan transaksi yang kita dapati di BCA ialah Internet Banking, Internet Banking pada dasarnya merupakan gabungan dua istilah dasar yaitu Internet dan Banking (bank). Internet banking adalah salah satu aplikasi dari E-Banking. E-Banking atau Electronic Banking merupakan layanan perbankan yang menggunakan media elektronik sebagai perantaranya. Dengan layanan E-Banking yang disediakan BCA , nasabah bisa melakukan transaksi perbankan dengan menggunakan media internet sebagai media melakukan transaksi, baik itu untuk cek saldo, pengiriman uang, lihat mutasi rekening, penerimaan uang dan sebagainya. Layanan E-Banking dapat menghemat biaya transaksi bank, nasabah lebih bebas, mudah, dan memberikan keamanan bertransaksi 24 jam sehari dimanapun nasabah berada. Fasilitas E-Banking yang ditawarkan BCA dibagi beberapa bagian dan masing-masing bagian memiliki sistem kerja yang menggunakan media yang berbeda. Setiap bagian memiliki kelebihan tersendiri. Mengenai fasilitas yang ditawarkan BCA tersebut ialah Media Internet Banking, Mobile Banking, ATM dan media lainnya yang menggunakan fungsi elektronik.

Kelebihan layanan BCA lainnya ialah informasi perbankan yang dapat diakses langsung melalui ponsel dengan menggunakan media SMS yaitu SMS BCA , hanya dengan mengirimkan perintah khusus melalui SMS, nasabah bisa mendapatkan berbagai informasi yang dibutuhkan, dimana pun dan kapan pun. Layanan ini bisa diakses oleh pengguna GSM dan CDMA melalui perintah dan jawaban berupa SMS yang dapat disimpan di ponsel serta dapat bertransaksi di mana dan kapan saja, serta tidak perlu antri di ATM. Jadi pemanfaatan berbagai layanan BCA dapat memanjakan para nasabah yang ingin memperoleh kebebasan finansial dimana pun mereka berada.
Sistem pembayaran kredit sangat populer saat ini, tetapi saat melakukan pembayaran banyak terjadi tunggakan yang disebabkan oleh beberapa faktor yang salah satunya ialah sistem pembayaran yang kurang terkendali. Kita harus antri atau menyuruh orang lain ikut antri membayarkan tagihan di bank. Hal ini merupakan salah satu kendala yang besar sehingga cara ini dianggap kurang fleksibel. Untuk mengatasi hal itu, BCA menyediakan berbagai pilihan pembayaran sehingga pilihan nasabah lebih leluasa.

Melalui pembayaran ATM BCA kesulitan tersebut tidak terjadi lagi, dengan didukung oleh sekitar 8.500 lebih ATM BCA yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia nasabah tidak perlu melakukan pembayaran secara langsung. Cukup melaksanakan transaksi tersebut di ATM BCA terdekat. Dengan pembayaran kredit melalui ATM BCA ini, nasabah akan lebih efisien dalam waktu, aman dan lebih cepat. Selain layanan pembayaran kredit, ATM BCA juga memberikan berbagai kemudahan bagi nasabahnya seperti melakukan pembayaran tagihan PAM, listrik, telepon, HP, dan tagihan lainnya. Oleh sebab itu, bergabunglah menjadi nasabah BCA dan raih berbagai kemudahan yang akan ditawarkannya.


»»  READMORE...